Showing posts with label Gay. Show all posts
Showing posts with label Gay. Show all posts

Wednesday, January 13, 2016

Homo (Gay) Nyata









Dewasapw  - Ini merupakan kisah hubungan seks sesama jenis. Cerita seks homo alias gay antara laki-laki saling memuaskan dengan memasukan penis kedalam pantat atau anus. Bagi anda yang normal mungkin akan merasa jijik memambaca kisah nyata, tapi hal seperti ini kini memang banyak terjadi dilingkungan kita. Selengkapnya silahkan simak cerita lengkapnya berikut ini!

Beberapa tahun yang lalu, Jaka, saat itu 29 tahun, adalah satu eksekutif muda di suatu perusahaan ternama di Jakarta. Istrinya, Dewi, saat itu 24 tahun, adalah ibu rumah tangga yang aktif di beberapa kegiatan organisasi. Mereka dikaruniai 1 orang anak. Siang itu di ruangan kerja Jaka, Wenny, sekretaris Jaka sedang menghadap Jaka untuk menyerahkan beberapa berkas laporan.

“Semua berkas sudah aku serahkan. Ada perlu apa lagi Pak?” tanya Wenny sambil tersenyum manja.
“Ada..” kata Jaka.
“Apa?” tanya Wenny lagi sambil tetap tersenyum.
“Nanti jam istirahat kita makan dimana?” tanya Jaka sambil tersenyum.
“Ih, dasar.. Mau lagi ya?” tanya Wenny sambil tetap tersenyum.
“Kan baru kemarin aku kasih..” kata Wenny lagi.
“Kamu menggairahkan sih..” kata jaka sambil meremas pantat Wenny.
“Ya sudah nanti siang kita ke tempat biasa saja, ya?” tanya Jaka. Wenny mengangguk.
“Suami kamu belum pulang, ya?” tanya Jaka.
“Belum. Dia masih di Semarang. Wah kalau dia ada disini, mana bisa kita berduaan. Dia pasti ajak aku makan siang bersama,” kata Wenny.
“Ya sudah kalau begitu. Bereskan semua kerjaan kamu..” kata jaka.

Wenny lalu meninggalkan ruangan tersebut. Tengah harinya Jaka dan Wenny terlihat meluncur ke sebuah hotel. Setelah check-in, mereka segera masuk ke kamar.

“Aku selalu merindukan kamu,” kata Jaka sambil memeluk pinggang Wenny lalu mencium bibirnya.

Wenny membalasnya dengan panas. Lidah Wenny bermain liar di dalam mulut Jaka, sementara tangannya meremas selangkangan Jaka yang sudah terlihat menggembung.

“Ohh.. Kamu sangat pintar dan memuaskan.. Mmhh,” bisik Jaka sambil meremas pantat Wenny.
“Cepat buka bajunya..” kata Wenny kepada Jaka sementara dia sendiri mulai melucuti semua pakaiannya.

Setelah keduanya telanjang, tangan Wenny menarik tangan Jaka ke ranjang lalu mendorongnya agar telentang. Dijilatinya puting susu Jaka lalu turun ke perut, sementara tangannya meremas dan mengocok kontol Jaka yang sudah tegang.

“Ohh sayang..” desah Jaka sambil terpejam.
“Ohh.. Mmhh..” desah Jaka makin keras terdengar ketika kontolnya terasa hangat dan nikmat berada dalam kuluman mulut Wenny.
“Terus, Wen.. Teruss..” bisik Jaka sambil terpejam dan menggoyangkan pinggulnya.

Setelah beberapa lama, Wenny menghentikan hisapannya pada kontol Jaka. Dia bangkit lalu naik dan mencium bibir Jaka. Kemudian dalam posisi mengangkangi wajah Jaka, Wenny mendekatkan memeknya ke mulut jaka.

“Jilati, sayang..” bisik Wenny. Lidah Jaka tak lama kemudian sudah bermain di belahan memek Wenny.
“Oww..” desah Wenny sambil terpejam sambil menggoyangkan pinggulnya.
“Oh sayangg.. Ohh..” desah Wenny keras ketika kelentitnya dijilat lidah Jaka.
“Terus sayang.. Terusshh..” desah Wenny sambil mendesakkan memeknya ke mulut jaka.

Lalu digoyang pinggulnya lebih cepat sambi Jaka agak gelagapan tak bisa bernafas.

“Ohh.. Ohh.. Ohh..” jerit Wenny ketika terasa ada yang menyembur di dalam memeknya.
“Nikmat sekali sayang..” kata Wenny tersenyum sambil menurunkan badannya dan berbaring di samping Jaka.

Jaka yang sudah bernafsu, langsung bangkit lalu membuka kaki Wenny lebar sehingga memeknya tampak terbuka. Diarahkan kontolnya ke lubang memek Wenny. Dengan sekali tekanan, bless.. Kontol Jaka sudah masuk ke dalamnya. Wenny terpejam menikmati nikmatnya rasa yang ada ketika kontol jaka dengan perkasa keluar masuk di dalam memeknya.

“Ohh.. Fuck me!” desah Wenny sambil menatap mata Jaka.
“Aku selalu bergairah kalau melihat kamu di kantor..” kata Jaka di sela-sela persetubuhan itu.
“Kenapa?” tanya Wenny sambil tersenyum.
“Karena kamu sangat sexy..” kata jaka lagi sambil terus memonpa kontolnya.
“Aku pengen ganti posisi..” kata Wenny.

Jaka menghentikan gerakan dan mencabut kontolnya dari memek Wenny. Wenny kemudian bangkit lalu nungging.

“Cepat masukkan, sayang..” kata Wenny.

Jaka mengarahkan kontolnya ke lubang memek Wenny yang jelas terbuka. Lalu, blep.. blep.. blep.. Kontol jaka kembali keluar masuk memek Wenny.

“Ohh..” desah wenny sambil memejamkan matanya.

Setelah beberapa lama, Jaka makin cepat mengeluar masukkan kontolnya ke memek Wenny. Kemudian Jaka mendesakkan kontolnya dalam-dalam sampai amblas semua ke dalam memek Wenny. Crott! Crott! Crott! Air mani Jaka muncrat di dalam memek Wenny banyak.

“Ohh.. Enak sekali sayang..” kata Jaka sambil mencabut kontolnya.
“Hisap, sayang..” kata Jaka.

Wenny lalu bangkit kemudian tanpa ragu kontol Jaka dijilat membersihkan sisa air mani di batangnya. Kemudian mulutnya langsung mengulum dan menghisap kontol Jaka.

“Sudah sayang..” kata Jaka, lalu mencium bibir Wenny mesra.

Setelah berpakaian dan merapikan diri, mereka segera pergi untuk makan siang dan melanjutkan pekerjaan di kantor. Sore harinya, Jaka pulang ke rumah. Dewi dan anaknya menyambut gembira kepulangan Jaka. Setelah mandi, Jaka duduk dengan Dewi di ruang keluarga sambil memangku anaknya.

“Mau makan, tidak?” tanya Dewi.
“Nanti sajalah.. Aku masih kenyang,” sahut Jaka.
“Nanti hari Minggu kita ajak anak kita berenang ya?” ajak Dewi.
“Boleh..” jawab Jaka pendek sambil membuka-buka koran.

Malam harinya, di tempat tidur, Dewi yang sedang naik birahi, sedang memeluk tubuh Jaka yang sedang memejamkan matanya.

“Ayo, dong..” bisik Dewi.
“Apa sih?” kata Jaka sambil tetap memejamkan matanya.
“Aku pengen..” kata Dewi memohon.
“Aku capek seharian kerja, sayang.. Besok lagi ya..” kata jaka sambil mengecup bibir Dewi lalu kembali memejamkan matanya.

Dewi yang merasa kecewa hanya diam. Hari Minggu, sesuai dengan rencana, Jaka dan Dewi pergi ke kolam renang untuk mengantar anaknya. Disana sudah banyak yang berenang. Tua muda, laki perempuan. Setelah Dewi berganti pakaian renang dengan anaknya, mereka langsung masuk kolam. Jaka hanya duduk di pingir kolam melihat istri dan anaknya.

“Tidak ikut berenang, Mas..” tanya seorang pria mengagetkan Jaka.
“Eh, tidak.. Males,” kata Jaka sambil melirik ke orang tersebut.
“Kenalkan, saya Edi..” kata pria itu.
“Jaka,” kata Jaka sambil bersalaman.

Jaka menatap Edi. Sangat ganteng dan tubuh Edi sangat bagus seperti orang yang sering fitness. Juga terlihat celana renang mininya sangat menggembung bagian depannya pertanda dia punya kontol yang besar.

“Boleh saya duduk disini?” kata Edi.
“Oh, boleh.. Boleh..” kata Jaka.

Edi duduk berhadapan dengan Jaka. Jarak mereka cukup dekat. Mereka bicara ngalor ngidul tentang keluarga, pekerjaan dan lain-lain. Pada mulanya Jaka biasa saja, tapi entah kenapa lama-kelamaan Jaka sangat suka pada wajah ganteng Edi. Ditatapnya lekuk wajah Edi yang sempurna. Ada perasaan berdesir di hatinya. Apalagi ketika melihat Edi tersenyum, jaka merasa sangat ingin mengecup bibirnya. Jaka akhirnya menjadi salah tingkah.

“Kenapa, Mas?” tanya Edi sambil tersenyum.

Dengan sengaja tangannya menggenggam tangan Jaka. Jaka berdesir darahnya. Entah kenapa ada perasaan senang ketika tangannya digenggam.

“Tidak apa-apa..” kata Jaka sambil menatap Edi.

Mereka saling bertatapan selama beberapa saat. Hati Jaka benar-benar tak menentu ketika saling bertatapan sambil digenggam tangannya.

“Kita bicara di tempat yang lebih nyaman saja, Mas..” kata Edi.

Jaka diam sambil melirik anak istrinya yang sedang berenang. Jaka bangkit lalu menghampiri mereka di tepi kolam.

“Aku keluar sebentar dengan dia ya, sayang? Ada sedikit bisnis..” kata jaka sambil menunjuk Edi.

Edi tersenyum dan mengangguk ke Dewi ketika Dewi meliriknya. Dewipun tersenyum.

“Jangan lam-lama ya..” kata Dewi.
“Iya,” kata Jaka sambil bangkit lalu menghampiri Edi.
“Kemana kita?” tanya Jaka.
“Kita bicara di tempat parkir saja biar tenang..” kata Edi sambil melangkah diikuti Jaka.

Jaka terus menatap tubuh dan bokong Edi dari belakang. Darahnya semakin berdesir. Setelah Edi berganti pakaian, mereka lalu menuju tempat parkir.

“Di dalam mobil saya saja kita bicara,” kata Edi sambil membuka pintu mobil berkaca gelap.
“Lebih tenang dan nyaman,” kata Edi lagi.

Merekapun segera masuk.

“Saya suka kepada Mas.. Mas cakep,” kata Edi sambil mengenggam tangan Jaka.

Jaka terdiam sambil menatap Edi. Hatinya berdebar disertai dengan munculnya satu gairah aneh ketika menatap Edi. Edi tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Jaka. Tak lama bibirnya mengecup bibir Jaka. Jaka terdiam, tapi perasaannya sangat senang. Lalu tak lama Jaka membalas kecupan bibir Edi. Ciuman mereka makin lama makin liar disertai permainan lidah..

“Buka celananya, Mas.. Waktu kita tidak banyak, anak istri Mas menunggu,” kata Edi sambil dia sendiri melepas celana pendek dan celana dalamnya.

Tampak kontolnya sudah tegak. Jaka agak ragu untuk melepas celananya. Edi tersenyum lalu tangannya segera membuka sabuk dan resleting celana Jaka. Kemudia diperosotkannya celana Jaka sampai lepas. Celana dalam Jaka tampak menggembung. Edi lalu melepas celana dalam Jaka.

“Kontol Mas sangat besar,” kata Edi sambil meremas kontol Jaka.

Jaka terdiam sambil merasakan suatu sensasi kenikmatan ketika kontolnya dikocok oleh sesama lelaki. Apalagi ketika mulut Edi telah mengulum kontolnya. Jaka terpejam sambil meremas rambut Edi.

“Ohh..” desah Jaka. Edi terus menjilat, menghisap, dan mengocok kontol Jaka.
“Gantian, Mas..” kata Edi.

Sambil menempatkan diri di kursi. Dengan agak ragu, karena pertama kali, Jaka menggenggam kontol Edi yang tegang berdenyut. Matanya terus menatap kontol yang digenggamnya.

“Kocok, Mas..” bisik Edi.

Jaka secara perlahan mengocok kontol Edi. Edi terpejam menikmatinya. Lama kelamaan Jaka makin asyik menikmati permainan tersebut. Dengan gairah yang makin lama makin tinggi, tangannya terus mengocok kontol Edi. Lalu tanpa ragu lidahnya mulai menjilati kepala kontol Edi. Ada cairan bening asin dan gurih terasa. Jaka terus melumat kontol Edi dan menghisapnya sambil sesekali mengocoknya.

“Ohh.. Nikmatthh..” desis Edi sambil meremas rambut Jaka.

Tak lama tubuh Edi mengejang. Didesakan kepala Jaka hingga kontolnya hampir masuk semua ke mulut Jaka. Lalu, crott! crott! Air mani Edi muncrat di dalam mulut Jaka. Jaka langung melepaskan kulumannya. Perutnya terasa mual ketika air mani Edi muncrat di dalam mulutnya. Banyak air mani di dalam mulut Jaka yang akan diludahkan.

“Jangan diludahkan!” kata Edi sambil dengan cepat melumat bibir Jaka.

Dihisapnya semua air mani di mulut Jaka sampai habis lalu ditelan. Lalu dilumatnya lagi bibir Jaka. Mereka berciuman liar sambil saling kocok kontol. Tak lama kemudian Edi naik ke pangkuan Jaka. Diarahkan lubang anusnya ke kontol Jaka. Setelah masuk. Secara perlahan tubuh Edi naik turun sambil matanya terpejam menikmati nikmatnya kontol jaka di anusnya. Sementara Jaka juga terpejam sambil menggerakan kontolnya keluar masuk anus Edi.

“Ohh.. Sshh..” desis Jaka merasakan nikmatnya kontol keluar masuk anus Edi.
“Enak, Mas?” bisk Edi.

Jaka tak menjawab. Hanya pejaman mata dan desahan kenikmatan saja yang keluar dari mulutnya.

“Aku mau keluarrhh..” bisik Jaka. Gerakannya makin cepat.
“Keluarkan.. Puaskan..” bisik Edi.

Jaka memegang pinggang Edi lalu didesakan ke kontolnya hingga kontol Jaka masuk semua ke anus Edi. Croott! Croott! Croott! Air mani Jaka muncrat di dalam anus Edi.

“Ohh.. Nikmat sekali..” kata Jaka lemas sambil memeluk tubuh Edi.

Edi bangkit lalu mulutnya segera menjilat dan menghisap kontol Jaka yang berlumuran air mani sampai habis. Setelah itu mereka berciuman..

“Kapan kita bisa bertemu lagi,” kata Edi sambil berpakaian.
“Kapanpun kamu mau,” kata Jaka sambil berpakaian pula lalu menyerahkan kartu namanya kepada Edi.

Setelah berciuman mesra sebentar, Edi segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Jaka segera kembali menemui keluarganya di kolam renang.

“Bisnis apa sih?” tanya Dewi.
“Lumayanlah sebagai sampingan, siapa tahu berhasil,” kata Jaka.

Dewi diam karena dipikirnya jaka benar-benar berbisnis dengan Edi. Begitulah, sejak saat itu Jaka telah benar-benar menjadi petualang seks yang hampir melupakan keluarganya. Telah sangat banyak wanita yang dikencaninya, juga sangat banyak laki-laki yang dipacarinya. Tapi tetap Jaka menjadikan Edi sebagai kekasih utamanya. Memang secara materi, Jaka selalu memberikan apapun dan berapapun yang Dewi butuhkan. Tapi tidak secara batiniah.. Dewi sebetulnya sudah mulai merasa jenuh dan tersiksa akan kehampaan batinnya.

Sampai suatu ketika.. Hari Minggu itu Jaka pamit kepada Dewi untuk bertemu Edi di suatu tempat demi kepentingan bisnis. Sebenarnya Jaka menemui Edi di suatu motel untuk berkencan. Setelah check-in, mereka segera masuk kamar.

“Lama amat sih, Mas,” kata Edi sambil memeluk Jaka lalu melumat bibirya.

Jaka tidak menjawab, hanya balasan lumatan bibirnya saja yang menandakan kalau Jaka bergairah. Sambil tetap berciuman, tangan Edi dengan cepat membuka semua kancing baju dan resleting celana Jaka.

“Buka bajunya, Mas..” kata Edi tak sabar.

Jaka lalu melepas semua pakaiannya sambul tersenyum. Setelah Jaka telanjang, Edi langsung jongkok lalu mengulum kontol Jaka dengan bernafsu.. Begitulah, mereka memacu birahi saat itu tanpa menyadari ada seorang wanita dan anak kecil yang duduk menunggu di depan kamar mereka.

Dialah Dewi.. Sebetulnya Dewi sudah lama mendengar selentingan tentang kelakuan Jaka. Tapi Dewi tetap bertahan karena rasa cintanya kepada Jaka masih besar kala itu, juga karena tidak ada bukti. Setelah selesai melampiaskan nafsu birahi mereka, Jaka dan Edi berciuman lalu segera berpakaian. Sambil berpegangan tangan dan tersenyum penuh arti, mereka membuka pintu kamar untuk pulang. Ketika pintu terbuka.. Jaka terkesiap darahnya tanpa bisa bicara sepatah katapun. Matanya nanar menatap Dewi dan anaknya.

“Aku sudah lama mendengar kelakuan kamu dari teman-teman kamu..” kata Dewi dengan nada datar bergetar menahan amarah.
“Kalau kamu berhubungan hanya dengan perempuan, aku masih bisa memaafkan kamu..” kata Dewi dengan suara mulai terbata-bata.
“Tapi tidak dengan kelakuan menjijikan ini!” suara Dewi mulai meninggi sambil berderai air mata.
“Aku minta cerai!!” bentak Dewi.
“Sekarang juga aku mau pulang ke rumah orang tua.. Jangan temui aku dan anakmu lagi!” bentak Dewi lagi.
“Aku akan kirim gugatan cerai untuk kamu tanda tangani lewat pengacara..” kata Dewi lagi sambil segera menarik tangan anaknya dan berlari ke jalan untuk memanggil taksi.

Jaka dan Edi hanya diam mematung..

By    Naga303  



Friday, January 8, 2016

Togel Hari Ini - Kondom Papaku







Dewasapw Sepanjang aku dapat mengingat, sejak kecil aku sudah hidup dengan papaku. Aku tak pernah merasa kehilangan seorang mama karena papaku dapat memastikan bahwa semua kebutuhanku, baik jasmani maupun rohani, tercukupi. Kini saya sudah berusia 20 tahun. Kata teman-teman kuliahku, saya lumayan cakep. Tapi tak ada yang tahu bahwa saya gay. Saya haus akan kasih sayang seorang pria. Saya tak tahu mengapa saya bisa tumbuh menjadi seorang gay, mungkin karena dulu saya terlalu dekat dengan papaku. Entahlah, tapi yang pasti, sejak masa puber, aku sering memikirkan papaku. Seringkali, aku sengaja menunggunya mandi hanya untuk dapat menyaksikannya keluar sambil bertelanjang dada.

Papaku memang bukan model ataupun atlit, dia hanyalah seorang pria biasa. Usianya kini hampir mencapai 50 tahun. Karena sering bepergian keluar, kulit tangan dan wajahnya gelap. Namun dada, perut, dan punggungnya putih bersih. Dada papaku lebar dan berisi, sedikit berlemak, namun tetap nampak seksi. Perutnya tidak buncit tapi jelas terlihat berlemak. Papaku memang tidak memiliki tubuh seksi ala bintang porno homoseksual, tapi aku sangat menyukainya.

Papa tak pernah tahu bahwa anak satu-satunya adalah seorang homoseksual. Dia tak pernah mengacak-ngacak kamarku, maka dari itu semua barang-barang pornoku yang berbau homo aman. Di bawah ranjangku tergeletak bertumpuk-tumpuk majalah homo yang sering kupakai pada saat aku ingin bermasturbasi. Komputer di kamarku juga sarat dengan foto-foto pria macho. Tapi meskipun aku merasa bebas menjadi gay, walaupun hanya di dalam kamarku saja, aku merasa kesepian.

Aku rindu akan belaian lembut papaku. Anehnya, aku kurang tertarik dengan pemuda seusiaku. Aku lebih suka pria-pria dewasa seusia Papa. Dulu saya pernah punya pacar yang seusia denganku namun kami sudah putus karena saya tidak merasakan gairah apa-apa dengannya. Aku memang sudah bukan perjaka lagi sebab mantanku sudah pernah mengentot pantatku. Namun, aku belum pernah dientoti oleh papaku dan aku amat sangat ingin merasakannya. Tapi bagaimana caranya?

Suatu malam, aku terbangun karena mendengar desahan dan erangan dari kamar papaku. Kamar kami memang bersebelahan sehingga aku dapat mendengar dengan jelas suara-suara tadi. Kutempelkan telingaku pada dinding dan kudengar erangan papaku. Mulanya kukira papaku sedang kesakitan, namun setelah kudengar baik-baik, ternyata dia sedang berhubungan seks!

Penasaran, aku berjinjit keluar dan mengintip dari lubang kunci. Benar dugaanku. Papaku membawa pulang seseorang, tapi aku tak dapat melihatnya. Dari lubang kunci itu, aku hanya bisa melihat tubuh papaku. Papaku sedang berdiri sambil mengentot seseorang. Kubayangkan orang yang sedang bersama papaku itu pastilah seorang pelacur wanita murahan yang dipungutnya dari jalan. Dan mereka sedang asyik bercinta! Tapi aku merasa aneh sebab aku tak mendengar suara erangan wanita. Yang kudengar hanyalah suara desahan pria. Desahan nikmat papaku. Mungkinkah pelacur itu bisu?

Tak peduli siapa pun dia, aku sangat cemburu pada pelacur itu sebab aku menginginkan papaku yang bercinta denganku. Hanya denganku saja! Tiba-tiba papaku mengerang hebat. Tubuhnya kemudian berkelojotan. Semuanya terjadi dengan begitu cepat, namun aku masih sempat melihat papaku ngecret di dalam kondom. Kondom bening yang tadinya melapisi kontol ayahku, langsung terisi cairan kental putih. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku berhasil mengintip kontol papaku. Lumayan panjang dan gemuk.

Aku buru-buru kembali ke kamarku dengan kontol yang ngaceng. Jam dinding menunjukkan hampir jam 1 pagi saat kudengar suara pintu depan terbuka dan tertutup. Pelacur itu rupanya sudah pergi. Diam-diam, aku berjalan keluar kamar. Aku hanya mengenakan celana pendek usang tanpa celana dalam sehingga tonjolan kontolku terlihat sangat menantang. Udara malam membuat kedua puting dadaku melancip.

Kucari papaku namun dia tak ada di mana-mana. Kamarnya juga kosong. Kuduga papaku pasti sedang mengantar wanita pelacur itu pulang. Kesempatan, pikirku. Aku langsung memeriksa kamar papaku. Mataku memeriksa setiap sudut kamarnya dengan teliti, namun barang yang kucari tak ada. Aku hanya menemukan celana dalam papaku yang masih basah belepotan precum. Kuambil saja celana dalam itu sambil bergegas menuju dapur. Semua sampah di rumah kami pasti dibuang ke dalam tong sampah yang letaknya di dapur. Mataku bersinar-sinar saat kutemukan barang yang kucari. Kondom papaku!

Sayang, sebagian spermanya sudah tumpah keluar, namun kondom itu masih mengandung sedikit sperma papaku. Untung saja tong sampah itu sudah dikosongkan dan hanya diisi dengan sampah kertas hingga aku tak perlu dipusingkan dengan bau sampah. Segera kuambil kondom itu. Hhmm.. Aroma pejuh yang tajam masuk ke dalam hidungku dan naik ke dalam otakku. Kontolku ngaceng berat dan mulai mengeluarkan precum. Berdiri di depan tong sampah, aku mulai bermasturbasi. Celana pendekku kutanggalkan dan kulempar ke pojok. Kontolku langsung kumainkan.

"Hhoohh.. Aahh.. Hhoosshh.." desahku keenakkan.

Celana dalam papaku kucium-cium. Aroma kelaki-lakiannya menusuk hidungku. Jelas tercium bau pesing dari noda kencingnya dan juga bau pejuh dari noda precumnya. Kudekatkan bagian yang ternoda oleh precum papaku dan kujilati bagian itu. Samar-samar, kurasakan rasa asin precum papaku. Mm.. Lezat sekali. Semakin kujilat, aku menjadi semakin bersemangat. Seperti anjing, aku mengais-ngais sisa noda precum tersebut dengan lidahku sampai aku puas. Kontolku sendiri sudah mengalirkan precum hingga menetes ke lantai. Kocokan tanganku kupercepat agar aku dapat segera ejakulasi.

Kurasakan spermaku mendesak-desak ingin keluar dari lubang kontolku. Namun ketika hal itu akan terjadi, aku sengaja berhenti mencoli dan kupaksa libidoku untuk turun kembali. Aku tak mau ngecret duluan sebelum aku menikmati hidangan utama. Sperma papaku!

Kondom papaku nampak indah sekali, berkilauan di bawah sinar lampu. Isinya nampak keputihan, setengah penuh dengan sperma papaku. Dengan mendongakkan kepala, kuangkat kondom itu. Pelan-pelan kumiringkan tanganku agar isi dari kondom itu mengalir keluar dan jatuh tepat di atas mulutku yang terbuka lebar. Kontolku yang tadi sudah agak melemas, kini bangun kembali. Oohh.. Kenikmatan yang kurasakan sangat berbeda dibandingkan sesi-sesi masturbasiku. Biasanya, aku hanya menggunakan foto dan video porno serta imajinasiku. Namun sekarang di tanganku tergenggam kondom papaku. Jelas aku lebih terangsang.

Bagaikan adegan lambat, kulihat sperma papaku menetes keluar dari kondom itu. Saat tetesan pertama itu menyentuh lidah, aku langung terhenyak oleh rasanya. Sebelumnya, aku belum pernah meminum sperma, baik itu spermaku sendiri maupun sperma mantanku. Maka dari itu, aku agak terkejut saat merasakan betapa nikmatnya rasa sperma. Rasa yang paling menonjol adalah asin kepahitan. Dan saat cairan itu menyentuh lidahku, aku merasa lidahku kesat licin. Pasti itu dikarenakan oleh kandungan basa yang terkandung dalam semua sperma laki-laki. Oleh karena itu, sperma terasa kesat licin jika dimainkan dengan jari.

Mm.. Tetesan kedua membuatku semakin gila dengan nafsu. Aku menjadi ketagihan. Kutuang saja langsung semuanya. Tetes demi tetes masuk ke dalam mulutku. Kutelan semuanya tanpa sisa. Mm.. Enaknya. Aku semakin mempercepat kocokanku sambil membayangkan betapa asyiknya jika papaku sedang menyodomiku.

Terbayang di hadapanku, rupa papaku saat dia sedang bertelanjang bulat. Oohh.. Rasa sperma papaku masih tersisa di mulutku. Kucoba mengingat kembali adegan tadi saat aku baru pertama kali mencicipi sperma papaku. Oh, semuanya sungguh merangsang kontolku. Birahiku bergejolak, tak terkendalikan lagi. Aku mau ngecret! Aku mengerang saat kontolku tiba-tiba melepaskan tembakan sperma. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Berkali-kali, pejuhku tersemprot keluar hingga menodai lantai. Aku terus mengerang sambil sibuk meremas kontolku. Aku sangat menyukai melihat spermaku saat menyemprot keluar. Sungguh pemandangan yang indah. Aku mendesah saat berhasil memeras tetes pejuh yang terakhir.

"Apa yang kamu lakukan?" sebuah suara mengejutkanku.

Bagai tersambar petir, aku hanya bisa berdiri tertegun dengan mata melotot kaget. Di depanku telah berdiri papaku! Rupanya tadi Papa tidak keluar rumah sebab dia kini berdiri di depanku dengan hanya mengenakan celana pendek saja. Dadanya telanjang, terekspos untuk kenikmatan mataku.

"Pp.. Paappa.." ucapku terbata-bata.

Aku merasa malu sekali, ingin rasanya bumi menelanku saja. Bayangkan saja. Aku berdiri bertelanjang bulat dengan kontol ngaceng. Dan aku tertangkap sedang menelan sperma papaku sendiri yang kucuri dari kondom bekasnya. Belum lagi, Papa pasti tadi sempat menyaksikan sesi masturbasiku. Sekujur tubuhku gemetaran, salah tingkah, malu bercampur takut. Apalagi di bawah kakiku masih teronggok celana dalam papaku. Papaku bukan orang bodoh. Dia pasti mengetahui bahwa putra satu-satunya ternyata seorang homoseks. Kontolku yang tadi ngaceng langsung menciut. Tetesan precum nampak masih menggantung di kepala kontolku.

"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya lagi.
"Kenapa kamu menelan sperma Papa? Kamu benar-benar homo?"

Meskipun semua pertanyan yang diajukan terasa sangat memojokkanku, namun aku tak menemukan intonasi kemarahan atau pun keterkejutan dalam nada bicaranya. Papaku terdengar seolah-olah dia sudah tahu sejak lama bahwa aku gay. Tapi bagaimana mungkin? Papaku berjalan ke arahku. Saat kami telah berdiri berhadapan, aku hanya bisa menundukkan kepalaku dalam-dalam, malu sekali.

"Ada apa denganmu? Papa sudah berdiri di sini dari tadi. Papa melihat bagaimana kamu menikmati noda pada celana dalam itu dan bagaimana kamu menyukai setiap tetes dari pejuh Papa. Papa juga lihat bagaimana kamu sangat menikmati masturbasimu. Kamu ngecret sangat banyak. Anakku, kalau kamu begitu menyukai sperma Papa, kamu 'kan bisa minta."
"Hah?!" Aku tak percaya mendengar ucapannya. Apa maksudnya?
"Papa sudah tahu kamu homo, tapi Papa tak berani memintamu ngeseks dengan Papa. Kamu pasti tidak tahu, tapi Papa sering mengendap masuk ke dalam kamarmu saat kamu sedang keluar. Papa suka sekali dengan semua koleksi film porno homo, majalah homo, dan juga foto-foto di komputer kamu. Semuanya merangsang. Sering Papa berfantasi bagaimana nikmatnya bersetubuh dengan anak Papa sendiri tapi Papa takut."

Pengakuan Papa sangat mengagetkanku. Dalam sekejap, bayanganku tentang Papa langsung pecah berkeping-keping.

"Tapi saat Papa tadi melihatmu asyik mencoli kontol kamu sambil meminum sperma Papa, Papa yakin bahwa kamu juga sering membayangkan Papa dalam setiap fantasi jorokmu. Benar 'kan?"
"Tapi, Pa, tadi aku lihat Papa sedang ngeseks dengan seorang wanita pelacur. Papa biseks?" tanyaku penasaran. Rasa takut dan maluku berangsur-angsur hilang.
"Wanita?" papaku tertawa kecil.
"Anakku, yang tadi Papa bawa pulang namanya Jon. Dia laki-laki tulen, seumur Papa. Dia adalah anak buah Papa di kantor. Selama bertahun-tahun, Jon telah sering melayani nafsu homoseksual Papa. Sebenarnya sudah berkali-kali Papa mengajaknya kemari, namun baru kali ini Papa tertangkap basah oleh kamu. Celana dalam yang tadi kamu jilat-jilat adalah celana dalam yang sengaja ditinggalkan Jon untuk Papa," jelasnya sambil tersenyum mesum.
"Anakku, Papa sama homonya seperti kamu. Sejak Papa ditinggal mamamu, Papa membenci wanita dan mulai menyukai sesama jenis." Penjelasan Papa membuatku tercengang. Kami hanya berdiri saling menatap selama bermenit-menit sebelum akhirnya aku merangkul papaku sambil menangis lega.
"Papa.. Saya sayang Papa.. Sudah lama saya memimpikan Papa.." Kepalaku bersandar di atas dadanya yang gempal namun padat berisi. Tanpa ragu, kuraba-raba dadanya sambil memuaskan impianku untuk memeluknya. Pelan-pelan, kontol Papa membentuk tonjolan besar di depan celana pendeknya. Dan saat itu Papa bertanya..

"Kamu masih kuat? Mau bercinta dengan Papa?"

Kutatap wajah papaku dan kutemukan nafsu birahi kembali menguasainya. Aku mengangguk-ngangguk, setuju. Tanpa basa-basi, Papa memerosotkan celana pendeknya. Ternyata Papa juga sudah tidak mengenakan celana dalam. Pepatah mengatakan, ayah dan anak sama saja. Kurasa pepatah itu benar. Kontolnya langsung melompat keluar, berdenyut-denyut dengan bangga. Rasanya hangat sekali saat kontolnya itu menempel di pahaku, beradu dengan kontolku. Perlahan, kontolku yang tadi sempat melemas, kini mulai mengeras lagi. Noda pejuh yang masih melekat pada kontolku menodai paha Papa, namun Papa tampak tak keberatan.

Papa memelukku sambil meraba-raba seluruh tubuhku. Tangannya terasa lebar dan kasar, namun aku suka. Bibirnya asyik masyuk mencium-cium wajah dan leherku. Deru napasnya terdengar jelas seperti suara mesin pesawat tempur. Kedua puting Papa yang keras melenting terasa menusuk-nusuk dadaku, membangkitkan putingku. Bibir Papa kemudian beralih ke mulutku, dan kami pun berciuman mesra sekali. Papa tampak agak terkejut melihat betapa terampilnya aku dalam membalas ciumannya. Ketika kujelaskan bahwa aku dulu pernah punya pacar homo, Papa hanya tersenyum mesum saja. Tangannya aktif meremas-remas belahan pantatku, sesekali melebar-lebarkan pantatku agar anusku tertarik.

"Hhoohh.. Papa sayang kamu.. Aahh.. Kamu anak Papa yang seksi.. Hhoohh.." desahnya.

Papa tiba-tiba menekan badanku ke bawah seraya mengisyaratkan bahwa dia ingin dihisap. Aku tak menolaknya. Aku berjongkok di depan kontolnya tanpa mengeluh. Prediksi Togel Online Aroma jantan langsung memancar dari kontol itu. Nampak noda-noda pejuh masih melekat pada kepala kontolnya. Aromanya sangat menusuk, mengingatkanku pada pejuh Papa yang baru saja kutelan tadi.

Mm.. Kontol Papa berdenyut-denyut dan mulai mengalirkan precum. Papa nampaknya tak sabar lagi sebab dia mulai menggerak-gerakkan kontolnya menuju mulutku. Begitu mulutku terbuka, kontolnya melesat masuk dan berdiam di sana. Mm.. Rasa pejuh bercampur precum langsung memenuhi setiap sel dari lidahku. Sungguh tak terbayangkan, aku sedang menyedot kontol yang dulu pernah menciptakanku. Jika tak ada kontol itu, aku takkan pernah ada. Oleh karena itu, aku harus melayani kontol Papa sebaik-baiknya sebagai tanda terima kasih, dan lagipula aku memang suka menyedot kontol Papa. Slurp! Slurp! Slurp!

Kontol itu terasa menyesakkan mulutku. Ukurannya jauh lebih besar daripada kontol mantanku. Aku harus pintar-pintar menghisap kontol itu sebab mulutku hampir kram. Lidahku bermain-main sambil mengusap-ngusap kepala kontol itu, menggodanya. Sengaja kujilat-jilat bagian bawah kepala kontolnya karena bagian itulah yang paling sensitif. Kucoba untuk memampatkan mulutku agar hisapanku menguat. Kupaksa kontol Papa untuk memberikanku lebih banyak precum. Mm.. Enak sekali. Slurp! Semakin keras kusedot kontol itu, Papa mengerang semakin keras pula.

"Hhoohh.. Hisap kontol Papa.. Aahh.. Ya, begitu.. Jilat terus.. Oohh.. Mulutmu lebih enak daripada mulut Jon.. Aahh.. Layani Papa, anakku.. Oohh.."

Papa menjambak rambutku dan memakainya sebagai pengendali kepalaku. Meski agak kesakitan, tapi aku tak keberatan karena Papa melakukannya dengan lembut.

"Hhoohh.. Hisap terus.. Aahh.."

Kedua tanganku merayap naik. Begitu kutemukan dada Papa, aku langsung meraba-rabanya. Ah, aku rindu sekali menyentuh dada itu, dada Papa yang kucintai. Putingnya mengeras di bawah rabaanku. Ketika kupelintir, papaku mengejang-ngejang sembari mengerang keenakkan.Togel Hari Ini

"Hhoohh.. Yyeeaahh.. Mainin puting Papa.. Aahh.. Ayo, nak.. Buat Papa terangsang.. Hhoohh.." Precum Papa mengalir makin banyak, habis kutelan semuanya.
"Aarrgghh!!" erang Papa mendadak sambil mendorongku jauh-jauh.

Aku terkejut tapi belakangan aku baru menyadari bahwa Papa tadi hampir ngecret dan dia hanya mau agar aku berhenti menyedot kontolnya sebentar.

Papa kemudian menghampiriku. Dengan sepasang tangannya yang kuat, Papa mengangkatku dan membaringkanku di atas meja dapur. Kami memang punya sebuah meja dapur yang kokoh tepat di tengah dapur, berfungsi sebagai meja masak dan sekaligus meja makan. Dengan bernafsu, kakiku dikangkangkannya lebar-lebar. Anusku nampak berkedut-kedut menyapa papaku. Papa hanya tersenyum padaku seraya berkomentar nakal.

"Pantatmu kelihatan sempit. Pasti enak kalau Papa entoti."

Berbekal kondom yang tersimpan di celana pendeknya, Papa mempersenjatai kontolnya. Kemudian, tanpa bicara lagi, Papa langsung menusukkan kontolnya dalam-dalam.

"Aahh.." erangnya, matanya merem-melek.

Anusku yang masih sempit, mencekik kontolnya. Namun pelumas yang menempel pada kondom Papa membantu proses penetrasi sehingga kontol Papa dapat masuk seluruhnya. Blleess.. Namun Papa tak mau buang-buang waktu, dia langsung menggenjot pantatku.

"Aarrgghh.. Sakit, Pa.. Hhoohh.. Uugghh.." rintihku.

Kontol Papa memang besar sekali hingga anusku serasa sobek. Air mataku mengalir keluar, tak tahan menahan sakit. Duburku serasa terbakar dan berdarah. Namun Papa berusaha menenangkanku.

"Hhoohh.. Sakit.. Aahh.."
"Aahh.. Tahan saja.. Uugghh.. Demi Papa.. Hhoohh.. Sempit banget.. Aahh.. Kontol Papa dijepit pantatmu.. Aahh.."

Kontol Papa memang terasa sempit di dalam duburku, namun Papa malah semakin menyukainya. Dengan bernafsu sekali, Papa mengentotku. Kepala kontolnya menghajar isi pantatku tanpa ampun. Rasanya setiap organ dalam pantatku sudah dirombak ulang. Ketika kontol itu menemukan prostatku, aku mulai mengerang-ngerang karena nikmat. Prostatku memancarkan rasa nikmat yang mirip orgasme. Aku merasa senang dan tak merasa sakit lagi. Berkali-kali prostatku ditumbuk, lagi, lagi, dan lagi.

"Oohh.. Pa, enak banget.. Aahh.. Fuck me.. Oohh.. entoti anakmu, Pa.. Aahh.. Aku butuh kontol Papa.. Aarrgghh.. Ayo, Pa.. Ngentot terus.. Aahh.."

Aku mengerang-ngerang seperti pria murahan, namun aku suka melayani Papa. Papa tahu kebutuhanku, maka dari itu dia menggenggam kontolku dan langsung mengocok-ngocoknya. Dari deru napas kami, kami akan segera ngecret.

"Aarrgghh.. Pa, aku mau.. Aahh.. Kkeluar.." erangku.

Aku sungguh tak kuat lagi. Prostatku dihajar terus-menerus oleh kontol Papa sementara kontolku dikocok terus oleh tangan Papa. Orgasmeku sungguh tak dapat dicegah. Seiring dnegan membanjirnya precumku, aku ngecret! Kontolku berdenyut-denyut dengan ganas, menyemburkan lahar putih ke mana-mana. Semburannya begitu kuatnya sehingga mengenai dada Papa. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!!

"Oohh.. Semprotkan pejuhmu.. Oohh.. Yyeeaahh.. Biar Papa lihat.. Hhoohh.."

Papa menyemangatiku sambil terus menyodok-nyodok pantatku. Tapi rupanya orgasmeku justru memicu orgasmenya sebab bibir anusku berkontraksi hebat ketika orgasmeku terjadi. Papa menggeram seperti banteng, perutnya berkontraksi. Seiring dengan erangan panjangnya, kontol Papa mulai mengisi pantatku dengan spermanya. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!!

"Hhoohh!! Hhoosshh!! Aahh!!" lenguhnya.

Setiap kali kontolnya menembakkan sperma, tubuhnya akan terguncang. Dada gempalnya ikut terguncang-guncang, seksi sekali. Ccrroott!! Sebagian sperma meleleh keluar dari pantatku.

Lalu Papa memeluk tubuhku saat semuanya telah usai. Dia membisikkan bahwa betapa dia mencintai dan menyayangiku. Kubalas dengan sebuah ciuman mesra di pipinya.

"Aku sayang Papa," bisikku.


By    Naga303 



Sunday, January 3, 2016

Togel Hari Ini - Kugantikan Istrinya






Situs Agen Judi - Siang itu aku bermaksud mengajak sahabatku
jalan-jalan, maka kuhampiri ia di rumahnya. Saat
kuketuk pintu, ternyata yang membukakan adalah
ayahnya, yang selama ini aku kagumi. Ayahnya adalah
seorang tentara angkatan darat yang bertugas di
Semarang. Karena hari itu Sabtu, kupikir ia sedang
off.

"Angga ada, Pak?" tanyaku pada ayah Angga, yang kala
itu masih mengenakan seragam hijaunya lengkap tanpa
sepatu.
"Oo, Dik Bondan. Masuk dulu, Dik! Silakan duduk!"
katanya ramah mempersilakan aku untuk masuk dan duduk.
"Angga dan adiknya serta ibunya sedang ke Semarang.
Katanya ada urusan keluarga. Saya juga seharusnya ke
sana, tapi berhubung saya lelah, jadi saya urungkan
niat saya".
"O, gitu ya, Pak!" kataku sedikit kecewa.
"Benernya saya mau ngajak Angga jalan-jalan. Maklum,
habis ujian".
"Memangnya harus sama Angga? Nggak ada teman yang
lain?" tanya Pak Sigit, ayah Angga.
"Ya mau sama siapa lagi, Pak! Lha wong temen yang
paling deket dengan saya juga cuma Angga. Yang lain
paling udah punya acara sendiri-sendiri, Pak!" kataku
dengan logat Jawa yang cukup kental.
"Wah, kebetulan. Gimana kalau sama saya saja. Saya
juga lagi males di rumah sendirian" kata Pak Sigit
menawarkan.
"Tadi sih kirain ada istri saya, jadi bisa 'gituan'
setelah seminggu ini ditahan. Ee, malah ternyata istri
saya ke Semarang. Ya sudah, saya cuma bisa gigit
jari".
"O, ya nggak Papa, Pak!" jawabku singkat.
"Tunggu ya, Bapak ganti baju dulu!" katanya seraya
beranjak pergi.

"Oh My God! Aku akan jalan-jalan bareng Pak Sigit.
Cuma berdua, lagi. Duh, gimana ya rasanya? Asyik kali,
ya?" tanyaku dalam hati.
Terus terang, aku memang sangat suka pada ayah
sahabatku itu sejak pertama kali aku dikenalkan Angga
padanya. Walau Pak Sigit lebih pendek dariku, tapi
perawakannya begitu jantan. Tangan dan kakinya tampak
berotot, sementara bekas cukuran selalu membuatnya
tampak lebih macho. Aku belum pernah melihat Pak Sigit
bertelanjang dada, apalagi tanpa pakaian sepenuhnya.
Tapi, bukankah kesempatan itu pasti akan selalu ada
walau hanya sekali.
"Ayo, Dik Bondan" kata Pak Sigit sekeluar dari
kamarnya.
Suaranya yang khas membuatku tersadar dari khayalanku
tentang dirinya.

Akhirnya, dengan Pak Sigit sebagai pengendara, kami
berdua mulai meninggalkan kompleks rumah Pak Sigit.
"Keliling Jogja juga boleh, asal bisa melepaskan
penatku aja, Pak!" kataku pada Pak Sigit ketika ia
bertanya padaku tentang tujuan kami.
Selama perjalanan, aku tak henti-hentinya memandang
tubuh kekar Pak Sigit dari belakang. Sudah lama aku
impikan berdua sedekat ini dengannya. Kini, ia memakai
celana training tipis, kaos hijau ketat, dan jaket
yang membuatnya tampak lebih berwibawa.

Setelah beberapa waktu, aku mulai memberanikan diri
meletakkan kedua tanganku pada masing-masing paha Pak 
Sigit. Tak tampak penolakan sedikitpun darinya.
Menyadari hal demikian, aku pindahkan tanganku,
sehingga kedua tanganku kini melingkar di perut Pak
Sigit. Hal ini pun juga tidak mengurangi konsentrasi
Pak Sigit dalam berkendara. Mungkin hal ini menjadi
hal biasa baginya, tapi bagiku ini adalah sebuah
kesempatan yang sangat sayang jika dilewatkan.

Kugesek-gesekkan tanganku secara perlahan pada
perutnya, dan ternyata dapat kurasakan kerasnya perut
Pak Sigit.
"Sebuah hasil dari latihan militer yang sedemikian
keras" pikirku.
Aksiku hanya sebatas menyentuh perutnya, tidak lain.
Aku tidak melakukan hal yang lebih jauh, karena aku
masih belum cukup bernyali untuknya. Akhirnya, dengan
tanganku yang melingkar di perut Pak Sigit, perjalanan
keliling Jogja kami habiskan dengan mengobrol kesana
kemari, termasuk seks.

Sebagaimana kudengar, Pak Sigit ternyata memiliki
libido yang cukup besar. Ia mengaku mudah terangsang
dan selalu ingin segera melampiaskan nafsunya itu.
Tapi untunglah, pekerjaannya mampu membantunya
menurunkan libido yang sering muncul secara tiba-tiba.
Biasanya, libido yang sempat ditahannya selama hampir
enam hari, ia salurkan dengan 'bergaul' dengan
istrinya, saat ia pulang ke Jogja pada hari Sabtu.
Setelah sekali main di sore hari, kemudian disambung
di malam harinya, lantas pada saat ayam jantan
berkokok. Itupun Pak Sigit mengaku masih kurang puas.
Biasanya secara diam-diam ia mengocok sendiri
kontolnya di kamar mandi.

Obrolan-obrolan kami itu ternyata telah membuat
kontolku ngaceng. Aku ingin berbuat yang lebih lagi
dengan Pak Sigit, tapi kuurungkan niatku itu karena
ternyata motor sudah membawa kami kembali ke kompleks
rumahnya. Setelah memarkir kendaraan, ia segera
mempersilakan aku duduk di ruang tamunya. Pak Sigit
masuk ke kamarnya, dan tak berapa lama kemudian ia
sudah keluar hanya dengan boxer dan kaos ketat
hijaunya. Kulihat sepintas, kontolnya agak menonjol di
balik celana berbahan katun itu.

Kami kembali terlibat dalam obrolan seru, namun kali
ini aku tidak begitu terfokus pada pembicaraan karena
aku lebih tertarik untuk mencuri-curi pandang ke
kontol Pak Sigit yang masih terbungkus boxer itu.
Sesekali, kulihat tangan Pak Sigit mengusap dan
menggaruk kontolnya.
"Trus kalau pas istri Bapak nggak ada gini, gimana
cara menyalurkan nafsu Bapak itu?" tanyaku selalu
menjurus pada hal-hal yang berbau seks.
Aku yakin bahwa ini akan membuka jalanku untuk berbuat
lebih jauh dengan Pak Sigit.

"Ya, biasanya sih suka ngocok sendiri. Nikmatnya sih
jauh beda dibanding sama istri. Lebih nikmat punya
istri" kata Pak Sigit dengan nada bercanda.
"Emangnya nggak mikir untuk nyoba dengan yang lain,
Pak?" tanyaku lagi.
"Maksudnya dengan pelacur, gitu?" tanyanya skeptis.
Aku hanya mengangkat bahuku.
"Nggak ah, takut penyakit. Siapa tahu di dalamnya
sudah banyak bibit penyakit yang nantinya malah nular?
Hii..!"
"Kan bisa pakai kondom, Pak!" kataku
seolah mengejar
jawaban Pak Sigit.
"Rasanya kurang nikmat. Dulu pernah saya 'gituan' pake
kondom sama istri saya, dan saya kurang bisa
menikmati. Lebih enak alami, Dik!" katanya seraya
mengelus kontolnya lebih intens lagi.
"Udah kebelet ya, Pak?" tanyaku hati-hati.
Aku memberanikan untuk duduk mendekati Pak Sigit.
Kujulurkan tanganku ke kontolnya.
"Memangnya harus dengan istri Bapak? Gimana kalau sama
saya, Pak?".

Pak Sigit mengernyitkan dahinya tanda heran. Tangannya
menepis tanganku, tapi aku dengan berani meletakkannya
kembali ke atas gundukan di bagian depan celananya.
"Memangnya Dik Bondan yakin bisa mengimbangi libido
saya?" tanyanya padaku.
Aku tak memberi jawaban apapun, hanya saja tanganku
masih tetap mengelus bahkan meremas kontol Pak Sigit. 
Akhirnya, tangan Pak Sigit meraih tanganku dan 
membimbingku menuju sebuah kamar. Kupikir kamar itu
bukan kamarnya, karena sama sekali tidak menampakkan
sebuah kamar suami istri. Setelah kutanya, ternyata
Pak Sigit tidak mau menodai ranjangnya dengan
ber-intim dengan orang lain. Jadilah, Pak Sigit
memilih kamar Angga sebagai tempat kami ber-ah uh oh.

"Bisa pinjam jaketnya, Pak?" tanyaku ketika aku mulai
merebahkan tubuh Pak Sigit ke spring bed itu.
Ia segera beranjak dari rebahannya, dan mengambil
jaket yang tadi ia pakai, tanpa bicara. Kemudian, ia
memposisikan dirinya kembali seperti sedia kala. Jaket
itu kuletakkan di samping Pak Sigit, lantas aku duduk
di atas kontolnya yang sudah setengah ngaceng, dan
kusuruh ia menanggalkan kaosnya. Setelah ia melepas
kaosnya, tampaklah dengan jelas dada bidang berkulit
sawo matang, halus tanpa bulu. Bahu, dada, dan
perutnya tampak bagus tercetak oleh latihan militer
yang selama ini ia jalani. Ia lipat tangannya ke
belakang kepala, hingga ia berbantalkan kedua telapak
tangannya di atas sebuah bantal empuk.

Aku mulai menggoyang-goyangkan pantatku yang masih
mengenakan celana lengkap di atas kontol Pak Sigit.
Kali ini, bisa kurasakan kontol itu semakin membesar
dan memanjang.
"Buka pakaianmu!" perintah Pak Sigit dengan suara
paraunya.
Tampaknya ia telah terkuasai nafsunya. Aku tak
menuruti apa kata Pak Sigit kali ini. Aku masih duduk
di atas kontol Pak Sigit dan berlagak sebagai seorang
cowboy yang sedang ber-rodeo. Kudengar Pak Sigit
mengeluarkan desahan-desahan kecil.

Setelah melakukan aksi rodeo, lantas aku membuka boxer
Pak Sigit dengan mulutku. Kubuka perlahan ke bawah,
hingga kontolnya yang kini sudah ngaceng sepenuhnya
keluar dari sarangnya. Kontol yang disunat itu tampak
gagah dengan kepalanya yang memerah dan batangnya yang
berwarna coklat gelap. Aku tak tahu seberapa besar
kontol itu. Yang jelas saat kugenggam kontol itu dari
pangkalnya, sebagian dari batang dan kepalanya masih
jelas terlihat.

Kulucuti boxer itu, hingga kini tak selembar pun kain
yang menempel pada tubuhnya, kecuali bed cover
berbahan satin itu. Kuambil jaket, yang biasanya
dipakai oleh taruna angkatan udara itu, kemudian
kuperlakukan sedemikian rupa hingga kain halus yang
berwarna oranye berada di luar. Kedua tanganku
kuselimuti dengan jaket itu, dan kuletakkan bagian
berwarna oranye pada jaket mengelilingi kontol Pak
Sigit.

Pak Sigit sedikit tersentak dengan aksiku itu, tapi
detik selanjutnya ia merasakan nikmatnya dielus dengan
menggunakan jaket itu. Tak henti-hentinya kudengar
desah nafas Pak Sigit, yang semakin membuatku ingin
bertindak lebih jauh. Setelah beberapa waktu meremas
dan mengelus kontol Pak Sigit dengan jaket, aku segera
melempar jaket itu ke lantai dan menggenggam erat
kontolnya dengan tangan kananku. Kuludahi kontol Pak
Sigit dan kugerakkan kontol itu naik turun.
"Dik Bondan.. Uuhh.. Nghh.. Terus, Dik!" kata Pak
Sigit di sela-sela desah kenikmatannya.

Tak ingin membuang banyak waktu, aku segera
mendaratkan kecupanku di batang kontol Pak Sigit.
Masih kugenggam batang itu, sambil kumainkan lubang
kencingnya dengan jempolku. Kali ini, tampaknya Pak
Sigit tidak mau melewatkan saat-saat dimana kontolnya
diperlakukan dengan nikmat. Ia duduk dan segera
menyandarkan badannya ke sandaran ranjang. Setelah
itu, ia memberiku kode untuk bermain dengan kontolnya
lagi. Pak Sigit mengangkangkan kakinya, memberiku area
yang lebih luas untuk bermain.

Aku segera meletakkan bibirku kembali ke batang 
kontolnya, dan mulai menjilatinya. Kemudian aku
berpindah ke kepala kontolnya yang telah mengeluarkan
pre-cum. Kujiati seluruh pre-cum yang ada, dan
perlahan mulai kumasukkan kepala dan batang kontol itu
ke dalam mulutku. Senti demi senti telah masuk, namun
tak seluruhnya mampu kumasukkan. Aku mulai
menggerakkan kepalaku naik turun, mengemut batang
kontol coklat itu. Pak Sigit tidak tinggal diam
mendapati kontolnya diembat seorang lelaki. Ia meraih
bagian belakang kepalaku, dan meremas-remas rambutku.
Kakinya pun juga tak mau kalah berperan. Pak Sigit
terkadang mendekapkan pahanya erat-erat ke kepalaku.
Nafas Pak Sigit mulai menderu, seiring dengan gerakan
kepalaku yang kupercepat. Pantatnya juga
bergoyang-goyang menikmati sensasi yang dilahirkan
dari kontolnya yang sedang kukulum. Saat kurasakan Pak
Sigit sudah mencapai satu taraf dibawah orgasme, aku
segera menghentikan permainanku.

Aku berdiri, lantas turun dari ranjang. Kusuruh Pak
Sigit untuk berpura-pura memperkosa aku, dan ia
menurut. Ia mendekapku dari belakang, dan berlagak
seakan-akan mencekikku jika aku tidak menuruti apa
yang ia mau. Aku pasrah. Lantas, ia membanting tubuhku
ke ranjang, dan ia menindihku. Dengan penuh nafsu, Pak
Sigit membuka bajuku dengan paksa hingga beberapa
kancingnya terputus. Ia robek kaos dalamku dengan
tenaganya yang besar. Lantas, ia buka ikat pinggangku
dan memelorotkan celana yang kupakai hingga terlepas.
Aku berlagak merintih kesakitan, dan itu ternyata
semakin memperbesar nafsu Pak Sigit. Terakhir, ia buka
celana dalamku dan mengeluarkan kontol beserta buah
zakarku. Celana dalamku ia tarik sedemikian rupa
dengan sangat bergairah, hingga terlepas dari tubuhku.

Melihat tubuhku yang telanjang bulat terlentang di
ranjang, Pak Sigit segera menindihku. Kurasakan
kontolnya begitu keras menimpa kontolku, dan jembutnya
terkadang bergesekan dengan perut dan sebagian
kontolku. Tampaknya Pak Sigit sudah lupa dengan siapa
ia berbuat itu. Ia sudah terkuasai oleh nafsunya yang
membara. Ia ciumi bibirku dengan cekatan. Bekas
cukuran di wajahnya memberi sensasi tersendiri bagi
percumbuan kami. Kali ini aku benar-benar mendesah
mendapat perlakuan istimewa dari seorang Pak Sigit.
Kemudian, Pak Sigit segera memindahkan cumbuannya ke
leherku dan dadaku yang ditumbuhi sedikit bulu. Ia
jilat dan hisap pentilku, seperti sedang menyedot
milik istrinya.

Aku mengangkat bahu Pak Sigit, dan memberi tanda
padanya bahwa gantian aku yang melayaninya. Pak Sigit
mengambil posisi seperti saat aku ngemut kontolnya,
dan segera menyuruhku untuk menuntaskan pekerjaanku.
Tak langsung kuemut kontolnya, tapi kujialti dahulu
batangnya yang sudah basah oleh keringat. Tampaknya,
Pak Sigit sudah tak sabar menerima servis mulutku
lagi. Kedua tangannya sudah mencengkeram kepalaku dan
membimbingnya ke kontolnya yang masih sangat ngaceng.
Aku menaikturunkan kepalaku beberapa kali hingga saat
itu tiba. Entah sengaja atau memang refleks, Pak Sigit
mendorong kepalaku hingga hampir seluruh kontolnya
masuk ke mulutku.
"Aaahh..!" Desah nikmat terlontar dari mulut Pak Sigit
seiring dengan maninya yang menyemprot keras pangkal
mulutku.
Walau merasakan sebuah rasa yang aneh di lidah, tapi
aku tetap berusaha menelan semua pejuh yang
dipancarkan kontol Pak Sigit.
"Ohh.. Uhh.. Ooh.. " terdengar beberapa kali lenguhan
selama kontol Pak Sigit memuntahkan lahar putihnya.
Tetap kudiamkan kontol itu di dalam mulutku hingga
beranjak melemas. Kukeluarkan kontol Pak Sigit dari
mulutku dan kujilati sisa-sisa mani yang menempel pada
batang dan kepalanya. Kulihat ekspresi Pak Sigit
begitu puas dengan apa yang baru saja kulakukan. Ia
masih terengah-engah dengan wajah penuh peluh. Dadanya
yang coklat tampak mengkilat dibasahi butir-butir
keringatnya.

Aku menegakkan badanku, dan menyandarkannya ke dada
Pak Sigit yang masih basah. Kakinya ia silangkan ke
kakiku, dan kedua tangannya memeluh tubuhku dari
belakang.
"Terima kasih, Dik Bondan!" katanya seraya menciumi
leherku.
Kusandarkan kepalaku ke bahunya, hingga ia bisa
leluasa menjilat dan mencium leherku. Pak Sigit terus
saja memelukku, hingga satu jam kemudian kontolnya
mulai berdiri lagi.

Mengetahui hal ini, aku lantas meminta Pak Sigit untuk
mencicipi lobang anusku. Awalnya ia menolak, karena
tak ingin melihatku tersiksa. Namun, setelah
kuyakinkan bahwa nantinya aku akan merasa nikmat, ia
menyetujuinya. Ia lumuri kontolnya dengan ludahku dan
ludahnya, kemudian ia lumurkan sisanya ke anusku.
Setelah itu, ia meletakkan kedua kakiku di atas
pundaknya dan ia posisikan kontolnya di depan lubang
anusku. Ia mulai memasukkan kepala kontolnya, lantas
menghentikannya dikarenakan aku mengerang kesakitan.
Aku meyakinkannya bahwa aku akan baik-baik saja, tapi
ia tetap saja mengurungkan niatnya.

Sesaat kemudian, ia segera keluar dari kamar dan masuk
kembali dengan membawa sebungkus kondom dan gel
pelicin. Ia lumurkan gel itu ke kontolnya, lalu ia
memakai kondom itu. Di atas kondom itu, ia lumurkan
lagi gel itu dengan maksud agar lebih licin.
Selanjutnya, ia masukkan kontolnya ke anusku senti
demi senti. Aku mencoba menahan rasa sakit yang
ditimbulkan untuk meyakinkan Pak Sigit bahwa aku
baik-baik saja.
"Lepas saja kondomnya, Pak!" pintaku ketika Pak Sigit
berhasil membobol anusku beberapa kali.
"Tapi." jawab Pak Sigit.
"Lepas saja, Pak! Lebih nikmat tanpa kondom, kan?"
kataku dengan desah menggoda.

Akhirnya Pak Sigit bersedia melepas kondom dan
melanjutkan permainan. Beberapa saat berlalu, Pak
Sigit kuminta berhenti. Aku memposisikan diriku dengan
doggy style, kemudian kusuruh Pak Sigit untuk
memasukkan kontolnya kembali ke anusku. Ia mulai
merasakan kenikmatan nge-fuck anusku. Ia tampak
semakin lihai dalam menyodomi anusku. Aku mendesah dan
mendesis pelan, sementara Pak Sigit dengan kecepatan
konstannya merojok lubang kenikmatanku.

Merasa nikmat dengan posisi seperti ini, Pak Sigit
semula menolak untuk berganti posisi lagi. Setelah
melalui perdebatan kecil, akhirnya Pak Sigit mau
merojok anusku dengan posisi berhadapan denganku. Aku
tidur telentang dengan kaki ke atas dan badan Pak
Sigit berada di antara pahaku. Wajah kami berhadapan
sehingga Pak Sigit dengan mudah mendapat dua sensasi
sekaligus, yakni menyodomi dan mencumbu wajahku.

Nafas Pak Sigit menderu dan terasa sangat hangat di
wajahku ketika posisi itu telah kami jalani selama
beberapa saat. Kulingkarkan kakiku di pinggang Pak
Sigit, hingga ia bisa menyodokku lebih dalam. Tubuh
kami terbasahi keringat. Tanganku melingkari
punggungnya, hingga dada kami saling bergesekan.
Sementara, kulihat pantat Pak Sigit tak henti-hentinya
naik turun memompa maninya agar keluar dari pabriknya.
Kali ini, tampaknya Pak Sigit semakin mempercepat
gerakannya, juga gerakan pantatku yang mengimbangi
goyangannya.

"Ugh.. egh.. nggh.. A.. ku.. aakh.. ah.. keluaarr!"
kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Pak Sigit
saat ia mengeluarkan pejuhnya di anusku.
Pak Sigit masih terus memompa anusku di saat-saat
orgasmenya. Ia keluarkan kontolnya dari anusku,
kemudian menggesek-gesekkannya dengan kontolku yang
masih belum sempat memuntahkan lahar putihnya.
Tampaknya Pak Sigit menyadari bahwa aku belum
mengalami orgasme. Lantas ia menyuruhku berpindah
tempat sejenak, dan ia sandarkan tubuhnya ke sandaran
ranjang. Segera setelah itu, ia tarik tubuhku hingga
punggungku menempel pada dadanya. Ia peluk dan ciumi
aku sebentar, lalu ia meludah pada kedua tangannya dan
menyuruhku berbuat hal yang sama.

Setelah itu, Pak Sigit meraih batang kontolku dan ia
genggam dengan tangan kirinya yang penuh ludah.
Sementara itu, tangan kanannya memainkan kedua buah
zakarku, hingga aku merasa sangat nikmat dibuatnya.
Merasakan nikmat yang ditimbulkan oleh sentuhan tangan
kasar Pak Sigit, membuatku agak lupa diri. Aku
menyandarkan kepalaku ke bahu Pak Sigit, dan kedua
tanganku meremas-remas rambutnya. Pak Sigit sendiri
selain memainkan kontolku, lagi-lagi ia menciumi
leherku. Bahkan, kurasakan ia membuat sebuah cupang di
leher bagian bawahku.

Tampaknya Pak Sigit sangat terlatih ngocok, terbukti
tangannya lihai memainkan kontolku. Tak hanya
dikocoknya, tapi juga diremas dan dipilinnya. Hal
tersebut terus dilakukannya sampai aku mencapai batas
maksimal. Dengan deras, aku menyemprotkan mani ke
udara dan akhirnya jatuh membasahi dada dan perutku.
Pak Sigit terus memilin dan meremas kontolku sampai
kontolku melemas. Mungkin karena kelelahan, kami
berdua tertidur dalam posisi yang masih sama dengan
posisi terakhir, sampai akhirnya Pak Sigit terbangun
dengan sendirinya.

Ia memintaku menginap malam itu di rumahnya. Sebuah
mimpi yang menjadi nyata bagiku, menggantikan posisi
istri Pak Sigit sampai keesokan harinya. Memang benar,
Pak Sigit mempunyai tenaga yang kuat. Sampai sebelum
tidur malam bertelanjang di bawah satu selimut dan
dalam satu pelukan, kami ber-intim sebanyak dua kali.
Satu kali ia nge-fuck di antara pahaku, karena anusku
sudah terlalu lelah. Dan saat ayam jantan berkokok, ia
membangunkan aku untuk ngemut kontolnya dan kembali
nge-fuck pahaku Togel Hari Ini

By    Naga303 



Friday, December 11, 2015

Prediksi Togel Online - Tolonglah Saya..














Situs Agen Judi - Bulan Juni 2004 kemarin, saya diundang untuk mengikuti pertemuan rutin tahunan dari satu group eksklusif yang anggota adalah orang-orang berperilaku seks menyimpang. Anggotanya berjumlah sekitar 250 orang dari beberapa kota besar. Namun yang hadir saat itu hanya sekitar 125 orang saja. Ada banyak hal yang saya dapat dan saya bisa pelajari dari hasil pertemuan itu. Bahkan ada beberapa kasus penyimpangan yang belum saya ketahui sama sekali sebelumnya.



Sangat banyak email saya terima yang berisi hujatan dan cercaan serta ketidakpercayaan akan cerita-cerita tentang penyimpangan seks. Saya hanya bisa menjawab bahwa walaupun kita yang merasa bermoral dan berahlak sangat baik sering menghina dan mencerca mereka yang hidup menyimpang dari kewajaran, tapi kita harus jujur mengakui bahwa ternyata sangat banyak tidak terhitung kasus ini terjadi di antara kita.

Bahkan di lingkungan keluarga kita sendiri. Siapa yang harus disalahkan? Moral? Ahlak? Atau kita sendiri yang harus disalahkan karena terlalu kejam menghujat mereka yang menyimpang sehingga mereka semakin tertutup dan semakin terpuruk di dalam komunitas minor mereka tanpa ada masukan pencerahan dari kita? Berikut akan saya kisahkan cerita nyata dari salah satu anggota group tersebut yang sepertinya mulai merasa tersiksa dengan kondisinya sekarang, tapi dia tidak bisa berbuat banyak karena batinnya tidak bisa lepas dari kebutuhannya.. Saya samarkan nama-nama dalam cerita ini.

*****

Beberapa tahun yang lalu, Jaka, saat itu 29 tahun, adalah satu eksekutif muda di suatu perusahaan ternama di Jakarta. Istrinya, Dewi, saat itu 24 tahun, adalah ibu rumah tangga yang aktif di beberapa kegiatan organisasi. Mereka dikaruniai 1 orang anak. Siang itu di ruangan kerja Jaka, Wenny, sekretaris Jaka sedang menghadap Jaka untuk menyerahkan beberapa berkas laporan.

"Semua berkas sudah aku serahkan. Ada perlu apa lagi Pak?" tanya Wenny sambil tersenyum manja.
"Ada.." kata Jaka.
"Apa?" tanya Wenny lagi sambil tetap tersenyum.
"Nanti jam istirahat kita makan dimana?" tanya Jaka sambil tersenyum.
"Ih, dasar.. Mau lagi ya?" tanya Wenny sambil tetap tersenyum.
"Kan baru kemarin aku kasih.." kata Wenny lagi.
"Kamu menggairahkan sih.." kata jaka sambil meremas pantat Wenny.
"Ya sudah nanti siang kita ke tempat biasa saja, ya?" tanya Jaka. Wenny mengangguk.
"Suami kamu belum pulang, ya?" tanya Jaka.
"Belum. Dia masih di Semarang. Wah kalau dia ada disini, mana bisa kita berduaan. Dia pasti ajak aku makan siang bersama," kata Wenny.
"Ya sudah kalau begitu. Bereskan semua kerjaan kamu.." kata jaka.

Wenny lalu meninggalkan ruangan tersebut. Tengah harinya Jaka dan Wenny terlihat meluncur ke sebuah hotel. Setelah check-in, mereka segera masuk ke kamar.

"Aku selalu merindukan kamu," kata Jaka sambil memeluk pinggang Wenny lalu mencium bibirnya.

Wenny membalasnya dengan panas. Lidah Wenny bermain liar di dalam mulut Jaka, sementara tangannya meremas selangkangan Jaka yang sudah terlihat menggembung.

"Ohh.. Kamu sangat pintar dan memuaskan.. Mmhh," bisik Jaka sambil meremas pantat Wenny.
"Cepat buka bajunya.." kata Wenny kepada Jaka sementara dia sendiri mulai melucuti semua pakaiannya.

Setelah keduanya telanjang, tangan Wenny menarik tangan Jaka ke ranjang lalu mendorongnya agar telentang. Dijilatinya puting susu Jaka lalu turun ke perut, sementara tangannya meremas dan mengocok kontol Jaka yang sudah tegang.

"Ohh sayang.." desah Jaka sambil terpejam.
"Ohh.. Mmhh.." desah Jaka makin keras terdengar ketika kontolnya terasa hangat dan nikmat berada dalam kuluman mulut Wenny.
"Terus, Wen.. Teruss.." bisik Jaka sambil terpejam dan menggoyangkan pinggulnya.

Setelah beberapa lama, Wenny menghentikan hisapannya pada kontol Jaka. Dia bangkit lalu naik dan mencium bibir Jaka. Kemudian dalam posisi mengangkangi wajah Jaka, Wenny mendekatkan memeknya ke mulut jaka.

"Jilati, sayang.." bisik Wenny. Lidah Jaka tak lama kemudian sudah bermain di belahan memek Wenny.
"Oww.." desah Wenny sambil terpejam sambil menggoyangkan pinggulnya.
"Oh sayangg.. Ohh.." desah Wenny keras ketika kelentitnya dijilat lidah Jaka.
"Terus sayang.. Terusshh.." desah Wenny sambil mendesakkan memeknya ke mulut jaka.

Lalu digoyang pinggulnya lebih cepat sambi Jaka agak gelagapan tak bisa bernafas.

"Ohh.. Ohh.. Ohh.." jerit Wenny ketika terasa ada yang menyembur di dalam memeknya.
"Nikmat sekali sayang.." kata Wenny tersenyum sambil menurunkan badannya dan berbaring di samping Jaka.

Jaka yang sudah bernafsu, langsung bangkit lalu membuka kaki Wenny lebar sehingga memeknya tampak terbuka. Diarahkan kontolnya ke lubang memek Wenny. Dengan sekali tekanan, bless.. Kontol Jaka sudah masuk ke dalamnya. Wenny terpejam menikmati nikmatnya rasa yang ada ketika kontol jaka dengan perkasa keluar masuk di dalam memeknya.

"Ohh.. Fuck me!" desah Wenny sambil menatap mata Jaka.
"Aku selalu bergairah kalau melihat kamu di kantor.." kata Jaka di sela-sela persetubuhan itu.
"Kenapa?" tanya Wenny sambil tersenyum.
"Karena kamu sangat sexy.." kata jaka lagi sambil terus memonpa kontolnya.
"Aku pengen ganti posisi.." kata Wenny.

Jaka menghentikan gerakan dan mencabut kontolnya dari memek Wenny. Wenny kemudian bangkit lalu nungging.

"Cepat masukkan, sayang.." kata Wenny.

Jaka mengarahkan kontolnya ke lubang memek Wenny yang jelas terbuka. Lalu, blep.. blep.. blep.. Kontol jaka kembali keluar masuk memek Wenny.

"Ohh.." desah wenny sambil memejamkan matanya.

Setelah beberapa lama, Jaka makin cepat mengeluar masukkan kontolnya ke memek Wenny. Kemudian Jaka mendesakkan kontolnya dalam-dalam sampai amblas semua ke dalam memek Wenny. Crott! Crott! Crott! Air mani Jaka muncrat di dalam memek Wenny banyak.

"Ohh.. Enak sekali sayang.." kata Jaka sambil mencabut kontolnya.
"Hisap, sayang.." kata Jaka.

Wenny lalu bangkit kemudian tanpa ragu kontol Jaka dijilat membersihkan sisa air mani di batangnya. Kemudian mulutnya langsung mengulum dan menghisap kontol Jaka.

"Sudah sayang.." kata Jaka, lalu mencium bibir Wenny mesra.

Setelah berpakaian dan merapikan diri, mereka segera pergi untuk makan siang dan melanjutkan pekerjaan di kantor. Sore harinya, Jaka pulang ke rumah. Dewi dan anaknya menyambut gembira kepulangan Jaka. Setelah mandi, Jaka duduk dengan Dewi di ruang keluarga sambil memangku anaknya.

"Mau makan, tidak?" tanya Dewi.
"Nanti sajalah.. Aku masih kenyang," sahut Jaka.
"Nanti hari Minggu kita ajak anak kita berenang ya?" ajak Dewi.
"Boleh.." jawab Jaka pendek sambil membuka-buka koran.

Malam harinya, di tempat tidur, Dewi yang sedang naik birahi, sedang memeluk tubuh Jaka yang sedang memejamkan matanya.

"Ayo, dong.." bisik Dewi.
"Apa sih?" kata Jaka sambil tetap memejamkan matanya.
"Aku pengen.." kata Dewi memohon.
"Aku capek seharian kerja, sayang.. Besok lagi ya.." kata jaka sambil mengecup bibir Dewi lalu kembali memejamkan matanya.

Dewi yang merasa kecewa hanya diam. Hari Minggu, sesuai dengan rencana, Jaka dan Dewi pergi ke kolam renang untuk mengantar anaknya. Disana sudah banyak yang berenang. Tua muda, laki perempuan. Setelah Dewi berganti pakaian renang dengan anaknya, mereka langsung masuk kolam. Jaka hanya duduk di pingir kolam melihat istri dan anaknya.

"Tidak ikut berenang, Mas.." tanya seorang pria mengagetkan Jaka.
"Eh, tidak.. Males," kata Jaka sambil melirik ke orang tersebut.
"Kenalkan, saya Edi.." kata pria itu.
"Jaka," kata Jaka sambil bersalaman.

Jaka menatap Edi. Sangat ganteng dan tubuh Edi sangat bagus seperti orang yang sering fitness. Juga terlihat celana renang mininya sangat menggembung bagian depannya pertanda dia punya kontol yang besar.

"Boleh saya duduk disini?" kata Edi.
"Oh, boleh.. Boleh.." kata Jaka.

Edi duduk berhadapan dengan Jaka. Jarak mereka cukup dekat. Mereka bicara ngalor ngidul tentang keluarga, pekerjaan dan lain-lain. Pada mulanya Jaka biasa saja, tapi entah kenapa lama-kelamaan Jaka sangat suka pada wajah ganteng Edi. Ditatapnya lekuk wajah Edi yang sempurna. Ada perasaan berdesir di hatinya. Apalagi ketika melihat Edi tersenyum, jaka merasa sangat ingin mengecup bibirnya. Jaka akhirnya menjadi salah tingkah.

"Kenapa, Mas?" tanya Edi sambil tersenyum.

Dengan sengaja tangannya menggenggam tangan Jaka. Jaka berdesir darahnya. Entah kenapa ada perasaan senang ketika tangannya digenggam.

"Tidak apa-apa.." kata Jaka sambil menatap Edi.

Mereka saling bertatapan selama beberapa saat. Hati Jaka benar-benar tak menentu ketika saling bertatapan sambil digenggam tangannya.

"Kita bicara di tempat yang lebih nyaman saja, Mas.." kata Edi.

Jaka diam sambil melirik anak istrinya yang sedang berenang. Jaka bangkit lalu menghampiri mereka di tepi kolam.

"Aku keluar sebentar dengan dia ya, sayang? Ada sedikit bisnis.." kata jaka sambil menunjuk Edi.

Edi tersenyum dan mengangguk ke Dewi ketika Dewi meliriknya. Dewipun tersenyum.

"Jangan lam-lama ya.." kata Dewi.
"Iya," kata Jaka sambil bangkit lalu menghampiri Edi.
"Kemana kita?" tanya Jaka.
"Kita bicara di tempat parkir saja biar tenang.." kata Edi sambil melangkah diikuti Jaka.

Jaka terus menatap tubuh dan bokong Edi dari belakang. Darahnya semakin berdesir. Setelah Edi berganti pakaian, mereka lalu menuju tempat parkir.

"Di dalam mobil saya saja kita bicara," kata Edi sambil membuka pintu mobil berkaca gelap.
"Lebih tenang dan nyaman," kata Edi lagi.

Merekapun segera masuk.

"Saya suka kepada Mas.. Mas cakep," kata Edi sambil mengenggam tangan Jaka.

Jaka terdiam sambil menatap Edi. Hatinya berdebar disertai dengan munculnya satu gairah aneh ketika menatap Edi. Edi tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Jaka. Tak lama bibirnya mengecup bibir Jaka. Jaka terdiam, tapi perasaannya sangat senang. Lalu tak lama Jaka membalas kecupan bibir Edi. Ciuman mereka makin lama makin liar disertai permainan lidah..

"Buka celananya, Mas.. Waktu kita tidak banyak, anak istri Mas menunggu," kata Edi sambil dia sendiri melepas celana pendek dan celana dalamnya.

Tampak kontolnya sudah tegak. Jaka agak ragu untuk melepas celananya. Edi tersenyum lalu tangannya segera membuka sabuk dan resleting celana Jaka. Kemudia diperosotkannya celana Jaka sampai lepas. Celana dalam Jaka tampak menggembung. Edi lalu melepas celana dalam Jaka.

"Kontol Mas sangat besar," kata Edi sambil meremas kontol Jaka.

Jaka terdiam sambil merasakan suatu sensasi kenikmatan ketika kontolnya dikocok oleh sesama lelaki. Apalagi ketika mulut Edi telah mengulum kontolnya. Jaka terpejam sambil meremas rambut Edi.

"Ohh.." desah Jaka. Edi terus menjilat, menghisap, dan mengocok kontol Jaka.
"Gantian, Mas.." kata Edi.

Sambil menempatkan diri di kursi. Dengan agak ragu, karena pertama kali, Jaka menggenggam kontol Edi yang tegang berdenyut. Matanya terus menatap kontol yang digenggamnya.

"Kocok, Mas.." bisik Edi.

Jaka secara perlahan mengocok kontol Edi. Edi terpejam menikmatinya. Lama kelamaan Jaka makin asyik menikmati permainan tersebut. Dengan gairah yang makin lama makin tinggi, tangannya terus mengocok kontol Edi. Lalu tanpa ragu lidahnya mulai menjilati kepala kontol Edi. Ada cairan bening asin dan gurih terasa. Jaka terus melumat kontol Edi dan menghisapnya sambil sesekali mengocoknya.

"Ohh.. Nikmatthh.." desis Edi sambil meremas rambut Jaka.

Tak lama tubuh Edi mengejang. Didesakan kepala Jaka hingga kontolnya hampir masuk semua ke mulut Jaka. Lalu, crott! crott! Air mani Edi muncrat di dalam mulut Jaka. Jaka langung melepaskan kulumannya. Perutnya terasa mual ketika air mani Edi muncrat di dalam mulutnya. Banyak air mani di dalam mulut Jaka yang akan diludahkan.

"Jangan diludahkan!" kata Edi sambil dengan cepat melumat bibir Jaka.

Dihisapnya semua air mani di mulut Jaka sampai habis lalu ditelan. Lalu dilumatnya lagi bibir Jaka. Mereka berciuman liar sambil saling kocok kontol. Tak lama kemudian Edi naik ke pangkuan Jaka. Diarahkan lubang anusnya ke kontol Jaka. Setelah masuk. Secara perlahan tubuh Edi naik turun sambil matanya terpejam menikmati nikmatnya kontol jaka di anusnya. Sementara Jaka juga terpejam sambil menggerakan kontolnya keluar masuk anus Edi.

"Ohh.. Sshh.." desis Jaka merasakan nikmatnya kontol keluar masuk anus Edi.
"Enak, Mas?" bisk Edi.

Jaka tak menjawab. Hanya pejaman mata dan desahan kenikmatan saja yang keluar dari mulutnya.

"Aku mau keluarrhh.." bisik Jaka. Gerakannya makin cepat.
"Keluarkan.. Puaskan.." bisik Edi.

Jaka memegang pinggang Edi lalu didesakan ke kontolnya hingga kontol Jaka masuk semua ke anus Edi. Croott! Croott! Croott! Air mani Jaka muncrat di dalam anus Edi.

"Ohh.. Nikmat sekali.." kata Jaka lemas sambil memeluk tubuh Edi.

Edi bangkit lalu mulutnya segera menjilat dan menghisap kontol Jaka yang berlumuran air mani sampai habis. Setelah itu mereka berciuman..

"Kapan kita bisa bertemu lagi," kata Edi sambil berpakaian.
"Kapanpun kamu mau," kata Jaka sambil berpakaian pula lalu menyerahkan kartu namanya kepada Edi.

Setelah berciuman mesra sebentar, Edi segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Jaka segera kembali menemui keluarganya di kolam renang.

"Bisnis apa sih?" tanya Dewi.
"Lumayanlah sebagai sampingan, siapa tahu berhasil," kata Jaka.

Dewi diam karena dipikirnya jaka benar-benar berbisnis dengan Edi. Begitulah, sejak saat itu Jaka telah benar-benar menjadi petualang seks yang hampir melupakan keluarganya. Telah sangat banyak wanita yang dikencaninya, juga sangat banyak laki-laki yang dipacarinya. Tapi tetap Jaka menjadikan Edi sebagai kekasih utamanya. Memang secara materi, Jaka selalu memberikan apapun dan berapapun yang Dewi butuhkan. Tapi tidak secara batiniah.. Dewi sebetulnya sudah mulai merasa jenuh dan tersiksa akan kehampaan batinnya.

Sampai suatu ketika.. Hari Minggu itu Jaka pamit kepada Dewi untuk bertemu Edi di suatu tempat demi kepentingan bisnis. Sebenarnya Jaka menemui Edi di suatu motel untuk berkencan. Setelah check-in, mereka segera masuk kamar.

"Lama amat sih, Mas," kata Edi sambil memeluk Jaka lalu melumat bibirya.

Jaka tidak menjawab, hanya balasan lumatan bibirnya saja yang menandakan kalau Jaka bergairah. Sambil tetap berciuman, tangan Edi dengan cepat membuka semua kancing baju dan resleting celana Jaka.

"Buka bajunya, Mas.." kata Edi tak sabar.

Jaka lalu melepas semua pakaiannya sambul tersenyum. Setelah Jaka telanjang, Edi langsung jongkok lalu mengulum kontol Jaka dengan bernafsu.. Begitulah, mereka memacu birahi saat itu tanpa menyadari ada seorang wanita dan anak kecil yang duduk menunggu di depan kamar mereka.

Dialah Dewi.. Sebetulnya Dewi sudah lama mendengar selentingan tentang kelakuan Jaka. Tapi Dewi tetap bertahan karena rasa cintanya kepada Jaka masih besar kala itu, juga karena tidak ada bukti. Setelah selesai melampiaskan nafsu birahi mereka, Jaka dan Edi berciuman lalu segera berpakaian. Sambil berpegangan tangan dan tersenyum penuh arti, mereka membuka pintu kamar untuk pulang. Ketika pintu terbuka.. Jaka terkesiap darahnya tanpa bisa bicara sepatah katapun. Matanya nanar menatap Dewi dan anaknya.

"Aku sudah lama mendengar kelakuan kamu dari teman-teman kamu.." kata Dewi dengan nada datar bergetar menahan amarah.
"Kalau kamu berhubungan hanya dengan perempuan, aku masih bisa memaafkan kamu.." kata Dewi dengan suara mulai terbata-bata.
"Tapi tidak dengan kelakuan menjijikan ini!" suara Dewi mulai meninggi sambil berderai air mata.
"Aku minta cerai!!" bentak Dewi.
"Sekarang juga aku mau pulang ke rumah orang tua.. Jangan temui aku dan anakmu lagi!" bentak Dewi lagi.
"Aku akan kirim gugatan cerai untuk kamu tanda tangani lewat pengacara.." kata Dewi lagi sambil segera menarik tangan anaknya dan berlari ke jalan untuk memanggil taksi.

Jaka dan Edi hanya diam mematung..

*****

Menurut penuturan Jaka, tak lama kemudian mereka resmi bercerai. Sampai detik ini rasa rindu Jaka kepada Dewi, dan
terutama rindu kepada anaknya sangatlah besar dan sangat menyiksa batinnya. Jaka sangat ingin untuk bisa kembali bersama mereka.

Pernah beberapa kali Jaka mencoba untuk mengubah kebiasaan yang selama ini dijalaninya, tapi tidak membuahkan hasil. Sudah beberapa psikiater dan pemuka agama yang dimintai pertolongannya, tapi tetap nihil. Keinginan dan hasratnya untuk bercinta dengan wanita dan juga lelaki sangatlah tidak bisa dibendung.. Batinnya sudah tersiksa oleh rasa rindu akan keluarga dan keinginan untuk berubah, tapi raganya tidak bisa membendung gairahnya..

Semua nasihat yang sangat mudah diucapkan oleh orang yang dimintai tolong, ternyata sangat susah dilakukan..Togel Hari Ini

                                                      By    Naga303 



Saturday, September 12, 2015

Prediksi Togel Online - OneShoot

http://nagatg.com

Situs Agen Judi  - “Bagaimana kamu ini? Dari tadi gawangnya masuk terus kenapa tidak ditangkap dengan benar! Kau benar-benar tidak peka dengan arah bola, sebaiknya lepaskan kaosmu!” omel pelatih. Aku menunduk dalam.
Namaku Cloud, siswa baru di SMA. Begitu masuk SMA aku begitu ingin bergabung dengan ekskul sepak bola terutama menjadi seorang keeper, itu ambisiku. Tapi seperti yang dikatakan pelatih, aku tidak peka dengan arah bola, entah mengapa tangkapanku selalu meleset padahal aku selalu kagum melihat penjaga gawang di TV biasanya dan posisi sekarang ini lah yang aku idamkan, tapi kenyataan pahit harus kuteguk di hari pertama latihan.
“Berikan dia kesempatan pak,” kata seorang pemuda yang mengenakan kaos bernomer 10 sambil merangkul pundakku. Dia menatapku dengan menunduk karena aku lebih kecil, “Dia punya bakat, hanya belum terasah,” bujuknya sambil tersenyum. Namanya adalah David, dia kakak kelas sekaligus kapten sepak bola yang memiliki tubuh proporsional, kulit kecoklatan, wajah tampan dan sangat mempesona dengan senyuman manisnya.
Pelatih menarik nafas panjang, “Cloud, istirahat dulu. Erik gantikan Cloud!” kata pelatih.
Muncullah seorang pemuda yag sebaya dengan David, namanya Erik. Pemuda tampan berkulit putih namun memancarkan keangkuhan dari balik wajahnya, “Minggir lo, Clown!” bentaknya.
“Nama gue Cloud!” teriakku emosi.
“Mendingan Clown, kan artinya badut… cocok buat lo yang kaya badut haha” katanya dengan senyuman angkuh. Aku geram namun David menahanku.
Aku duduk di pinggir lapangan sendirian, kenapa aku harus melakukan ini? Haah sepertinya aku tidak dianggap. Apa karena tubuhku yang kecil untuk ukuran cowok makanya mereka meragukanku? Ayolah… aku hanya belum tumbuh matang. Aku tidak mau diam, aku pun bangkit dan bergabung dengan mereka yang sedang berlari untuk melatih daya tahan.
Terlihat David memperhatikanku dan tersenyum lebar, aku bertambah semangat dan mempercepat tempo berlariku. Selesai berlari David menghampiriku, “Kaki kecil, larimu begitu lincah..” katanya sambil mengusap rambutku. Aku tersipu malu karena dia.
“Itu tidak seberapa hehe…” kataku sambil menggaruk kepala.
“Lebih baik kau coba menendang bola?” tanyanya.
Aku berpikir sejenak, “Ahaha… aku lebih berminat menjadi penjaga gawang kak..”
Datanglah Erik dengan wajah meremehkan, “Bisa apa lo Clown? Lo gak lebih dari seorang loser haha… gak pantes lo gabung sama Tim Bola.”
Aku tidak bisa menahan diri, aku datangi dia, menarik kerahnya dan berjinjit agar sejajar. Dia tertawa gelak dan membalik keadaan dengan kondisiku yang terjepit di keteknya, “Lo… lo tuh payah bocah!” katanya yang kemudian berlalu.
Latihan sore itu berakhir, kami semua pergi ke kamar ganti namun sebelumnya aku pergi ke loker untuk mengambil baju ganti. Aku terkejut ketika melihat sepucuk surat di dalam lokerku yang bunyinya…
Aku tau kamu berbakat
Kau harus semangat
Buktikan kalau kamu bukan pecundang
Aku tersenyum lebar, “Kak David…” desisku pelan sambil menatap surat yang ada dalam genggamanku. Warna surat itu biru, baunya…. Bau cowok! Ya pengirim surat ini cowok, baunya manly. Aku cengar-cengir sendiri karena ternyata Kak David bisa seperduli ini denganku. Ini memang surat kaleng, tapi aku yakin kalau pengirim surat ini David.
“Chiee masih baru sudah dapat surat dari penggemar…” ejek kakak-kakak kelas yang baru lewat, mereka ada 4 orang.
“Bu-bukan!” elakku. Tapi surat itu malah dirampas dan mereka tertawa membacanya.
“Semangat ya dede, dapat penggemar rahasia harus tambah semangat!” kata mereka kemudian mengembalikan suratku dan berlalu.
Hari ini sungguh melelahkan mungkin karena hasilnya tidak memuaskan. Tapi aku tidak boleh down, mungkin ini latihan mental yang pernah dirasakan semua orang. Jalanan pun terasa panjang karena hal ini, menyebalkan. Kutendang kaleng minuman yang ada di depanku sehingga melayang cukup jauh namun…
PRAANG
Kaleng itu masuk tepat ke dalam bak sampah yang cukup jauh, aku terkejut. Kebetulankah? Atau memang ketepatan tendanganku memang bagus? Aku pun kembali mencari sesuatu untuk ditendang yaitu kotak susu, aku kembali menendang dengan awesome-nya dan ternyata kembali masuk. Aku tersenyum lebar, mungkin tuhan tidak menakdirkanku sebagai keeper melainkan sebagai stiker!
Aku berlari dengan semangat dan sangat tidak sabar untuk hari esok dan memamerkan peruntunganku ini.
-0-0-0-
Seperti biasa, disore hari yang terik aku dan teman-temanku yang memiliki hobi yang sama sedang berlatih di lapangan sekolah, aku mencoba meyakinkan pelatih kalau aku memiliki kemampuan menendang yang tepat dan sekarang pelatih menantangku. Erik berdiri kokoh di depanku, menjaga gawang kesayangannya sedangkan aku bersiap menendang. Erik adalah penjaga gawang yang terkenal sangat lincah dan sulit dijebol gawangnya, berkat dia sekolah tidak pernah kalah jika bertanding dengan sekolah lain.
Aku menarik nafas panjang, “Cepetan woi, banyak gaya lo,” teriak Erik yang tidak sabar melihatku mematung di depannya. Aku menendang dengan keras dan ternyata…
HUP!
Tendanganku yang sangatlah bagus tadi ternyata masih berhasil di hadang Erik, aku mengerutkan kening, “Segitu doang kemampuan lo? Payah…” ejek Erik. Pelatih geleng-geleng dan meninggalkanku.
“SEKALI LAGI! Beri aku kesempatan sekali lagi…” kataku dengan lantang.
“Lo pikir kalau dalam pertandingan yang sesungguhnya orang mau kasih lo kesempatan? Gak! Tapi… gue kasih lo 2 kesempatan lagi, sekali saja lo bisa jebolin gawang gue, standing applause buat lo.”
Aku tersenyum mantab mendengar perkataan Erik dan kembali menendang. Sayangnya, tendanganku yang sangatlah sempurna itu masih bisa diterjang Erik. Keringat bergulir di keningku, kesempatanku sisa satu, kalau aku gagal maka aku pecundang selamanya di mata semua orang. Aku memejamkan mata.
“SEMANGAT CLOUD! KAMU PASTI BISA!” teriak sebuah suara yang rasanya aku kenal, aku memalingkan wajah ternyata David, dia tersenyum lebar dan mengacungkan jempolnya untukku. Aku jadi bersemangat dan menendang sekuat tenaga…
Dan ternyata gol!!! Sangat tipis memang, antara melebar kesamping dan sempat tersentuh tangan Erik namun bola itu berhasil menjebol gawang dengan susah payah. Aku dan beberapa senior yang lain berjingkak girang, mereka mendatangiku dan memelukku sambil mengacak-acak rambutku, “Hebat kau dek, bisa menaklukkan Erik,” kata David. Aku tersenyum terharu.
Erik berjalan mendekatiku dengan langkah berat, dia tersenyum sinis namun akhirnya bertepuk tangan di hadapanku. Tentu aku bangga, orang sesongong dia akhirnya mau mengakui kemampuanku.
Latihan hari ini sungguh menyenangkan, di hari kedua aku bisa membaur dan bercengkrama dengan teman baru maupun para seniorku, keringat yang berkucuran hari ini tidak sia-sia, ditambah senyuman bangga pelatih dan David membuatku sangat bersemangat.
Selesai latihan aku kembali berlari ke loker, aku yakin surat itu pasti kembali datang. Dan benar saja, ada surat lagi.
Cahaya bintang itu menyinari sosokmu
Kaki mungil itu akan berkembang dan memamerkan kemampuannya
Aku tau kamu bisa, Cloud.
Berjuanglah sampai akhir
Itu isi dari surat pendek yang kudapati setiap hari, aku mencium aroma surat itu dan memeluknya, pikiranku kembali melayang, saat aku memejamkan mata aku membayangkan David yang sedang kupeluk dengan erat.
“Dek, kamu kenapa senyum-senyum sendiri?” suara David! Aku langsung membuka mata dan pipiku bersemu saat menemukan sosok yang kubayangkan ternyata ada di hadapanku dan dengan cepat surat tadi aku sembunyikan ke belakang, “Aa-anu, gapapa kak. Umm kakak mau pulang?” tanyaku gugup.
Dia tersenyum manis, memamerkan selung pipitnya, “Iya dek, mau bareng? Ganti dulu bajunya.”
“Ahhahaha… gak perlu kak, rumahku ada di depan gang ini. Kakak duluan saja, aku mau ganti pakaian,” kataku sambil menyunggingkan senyuman paling manis.
“Yaudah, kakak duluan ya dek..” katanya sambil melambaikan tangan. Aku membalas lambaiannya.
Aku berlari ke kamar ganti sambil tersenyum-senyum menghayalkan wajah manis David dengan lengkungan manis di bibir ranumnya, kapan bibir manis itu bisa kukecup? Hah… kuharap secepatnya aku bisa memergoki pengirim surat ini dan meresmikan hubungan kami haha.
Aku terpaku di depan pintu saat melihat pemandangan yang ada di depanku. Erik seorang diri dalam ruang ganti, membuka baju dan celananya, menyisakan CD-nya. Aku menelan air liur saat melihat lekuk tubuhnya yang begitu indah bagaikan ukiran patung seni dari seniman berbakat. Perutnya yang langsing namun dihiasi otot-otot yang mulai berkembang, nipplenya yang kemerahan, lengannya begitu kokoh dan otot pahanya itu… ahh… aku benar-benar tidak tahan, apalagi melihat penisnya yang tercetak jelas di balik CD-nya membuatku merinding membayangkan benda itu tanpa kain yang membungkusnya.

Baca juga : Fiat Ducato 4x4 Disulap Jadi Rumah Berjalan 

“Hei ngapain lo di depan? Tutup pintunya!” katanya ketus seperti biasa. Dia hanya menatapku santai dan mengelap tubuhnya dengan handuk.
Aku menelan air liurku, menutup pintu dan memberanikan diri melangkah. Susahnya jadi gay, aku harus gugup saat berganti pakaian bersama seperti sekarang.
Aku membelakanginya, perlahan membuka pakaianku. Apakah dia memperhatikanku? Ah… aku tidak berani berbalik. Dengan cepat aku memakai pakaian untuk segera lepas dari perasaan gelisah seperti sekarang.
Plak!
Aku langsung berbalik karena terkejut merasa ada yang menepuk pundakku, “Napa lo kaget gitu?” tanya Erik dengan tatapan tanpa ekspresi.
Aku menatapnya ragu-ragu, “Aku hanya terkejut,” jawabku singkat. Dia meraih tanganku dan meletakkan sesuatu di tanganku.
“Lo jaga kalung ini baik-baik, ini jimat keberuntungan gue selama main bola. Awas kalau hilang,” katanya nunjuk-nujuk wajahku kemudian berjalan menjauh.
Aku bingung dan mengerjab-kerjabkan mata tidak percaya. Aku berlari menyusulnya, “Ini maksudnya apa?” tanyaku sambil menatap kalung bertali hitam dengan batu bintang.
Dia memegang kepalaku yang lebih pendek darinya, “Gak usah banyak tanya. Itu benda keberuntungan makanya lo harus simpan biar peruntungan gue menjangkit ke lo,” katanya sambil berlalu.
Aku mengerutkan kening kemudian melempar kalung itu hingga tepat mengenai kepalanya, “Aku tidak perlu itu! Aku bisa beruntung tanpa benda seperti itu.”
Dia berbalik, menunduk namun aku bisa malihat senyum sinisnya. Dia berjalan ke arahku kemudian mendorongku ke dinding dan mengunciku dengan 2 tangan kokohnya…
Kawanan burung berteriak nyaring sore itu, terdengar cukup jelas dalam kesunyian kami. Aku tidak berani membuka mulut, dia menatapku tajam. Entah mengapa dadaku berdegup kencang saat itu, aneh sekali? Perasaan ini biasanya hanya kurasakan saat di dekat David. Kami bertatapan cukup lama, rasanya aku meleleh oleh tatapan itu.
“Kau kenapa?” aku mulai angkat suara.
Dia seolah tersadar, menatapnya salah tingkah.. bibirnya bergetar seolah ingin mengatakan sesuatu, dia memejamkan mata dengan kuat kemudian menonjok dinding di samping kupingku stelah itu pergi tanpa berkata sepatah kata pun.
Aku berjalan menuju rumah, masih dengan kebingungan yang luar biasa, dasar Erik aneh. Aku meraba tas selempangku untuk mengambil botol minuman dan ternyata aku menemukan kalung bintang tadi dalam tasku, ternyata dia kembali memasukkannya.
-0-0-0-
Aku sudah tidak tahan lagi dengan rasa penasaranku terhadap pengirim surat dan aku pun nekat menanyakan David tentang surat itu hari ini, aku melihat dia bercengkrama dengan teman-temannya di pinggir lapangan.
“Kak, ada yang mau aku bicarakan,” kataku pelan.
“Eh Cloud, bicara aja?”
“Aku… Cuma 4 mata,” lirihku. David mengerti, dia tersenyum dan pamit pada teman-temannya sebelum menarik tanganku.
Kami berdiri di belakang kelas hanya berdua, aku mulai menyodorkan surat-surat yang akhir-akhir ini aku temukan, “Apa ini milik kakak?” tanyaku mantab.
Dia menatap surat itu bingung, “Apa ini?” tanyanya sambil meraih surat itu.
Hah? Dia tidak tau? Dengan cepat aku merebut kembali surat tadi, “Bukan punya kakak kan?”
“Bukan dek, maaf. Emang kertas apa itu?”
Aku tersenyum pahit, “Ehehehe bukan apa-apa kak,” aku langsung berlari.
Harapanku sirna sudah, ternyata pemilik surat bukanlah David. Namun surat itu sangat berarti, siapapun pengirimnya pastilah dia orang yang sangat perduli padaku dan memiliki hati yang lembut. Tak sadar kakiku melangkah ke deretan loker, namun aku melihat sesuatu yang tak terduga, Erik. Sedang apa dia di depan lokerku? Aku masih bersembunyi di persimpangan jalan, menatap Erik yang celingukan dari samping. Dia mengeluarkan kertas biru dari kantong celananya, ya KERTAS BIRU! Kertas yang kutemukan dalam lokerku akhir-akhir ini. Selesai meletakkan surat itu dia berlari menjauh sedangkan aku mendekati lokerku, membuka isinya dan terdapat surat singkat seperti biasa. Ternyata Erik…
-0-0-0-
Sebulan sudah aku bergabung dalam tim sepak bola di sekolahku, berbagai kejadian manis pahit sudah aku rasakan, pengirim surat kaleng pun sudah aku ketahui hanya saja aku belum berani mendatangi Erik dan berkata, ‘Oh rupanya kau fansku selama ini?’ tidak, kurasa aku tidak bisa menanyakannya. Sebulan waktu yang cukup buatku membentuk perasaanku terhadap Erik, sifatnya makin hari melunak padaku meski pun teriakan tajam tidak pernah absen tiap hari dari mulutnya. Dia keras dan memiliki gengsi yang tinggi sehingga aku mencoba memahaminya, biarkan waktu yang menjawab keadaan nantinya. Aku menatap langit gelap di atas kapal malam itu, ya aku di atas kapal karena 2 hari lagi kami akan bertanding di luar pulau. Hebat memang, baru sebulan aku bergabung namun aku diberikan kesempatan hadir dalam pertandingan sebesar ini, dadaku berdesir-desir sepertinya akan terjadi hal hebat nanti.
Saat aku berdiri di sisi kapal aku melihat Erik duduk sendiri di kapal kecil buat keadaan darurat itu yang menempel di samping kapal besar biasanya, kalian tau kan? Nah dia merenung di situ. Aku rasa inilah kesempatanku untuk mengkonfirmasi masalah ini? Aku mencoba melangkah mendekati Erik, dadaku seperti menabuh genderang, dag dig dugnya nyaring sekali. Erik melirikku saat aku menuruni tangga untuk turun ke perahu kecilnya.
“Ngapain lo?” tanyanya ketus seperti biasa.
“Unghh…” aku cuma bergumam. Kikuk, aku kumat sekarang. “Sedang apa?” aku mencoba basa-basi.
“Lo gak bisa liat gue lagi duduk kan?”
Haah… mampus, susah sekali ya mengobrol dengannya. Kalau memang dia menyukaiku kenapa dia harus bersifat buruk padaku bukannya beramah ria seperti David?
“Kenapa kamu selalu bersifat buruk denganku, Rik?” tanyaku dengan hanya menyebut namanya. Ya, aku tidak sudi menambahkan embel-embel ‘kakak’ untuk orang seperti dia, karena sama sekali tidak ada dewasanya.
Dia terdiam sambil menatap air laut di samping, aku mendengus kesal, “Terserah..” kataku dingin sambil berdiri dan ingin naik lagi namun dia meraih tanganku dan menarikku kepelukannya. Aku kaget bukan main, dia mendekapku sangat erat, kepalaku berposisi di dadanya berlutut di hadapannya. Terdengar detak jantungnya sangat cepat seperti orang habis berlari marathon. Lama dengan posisi itu dan dalam keheningan, detakan jantungku tak mau kalah nyaring menabuh genderang di dalam sana, aku dapat mencium aroma manlynya, merasakan tubuh kokohnya yang menempel padaku dan kehangatannya bisa menyelimutiku di malam yang dingin itu.
Aku melepaskan pelukan, kuraih kertas di dalam kantongku, surat cinta pertama yang Erik berikan selalu aku bawa kemana pun, “Ini milikmu?” tanyaku sambil menyodorkan kertas biru pada Erik. Dia menatapku sayu.
“Kau…” bibirnya bergetar sambil menatapku tanpa sadar dia tidak mengatakan ‘gue-lo’ andalannya, “Kau orang pertama yang menggetarkan hatiku selama aku hidup 18 tahun ini, aku bingung. Terlalu bingung. Aku bukanlah orang yang pandai mengungkapkan perasaan karena ini untuk kali pertama buatku. Dan… cintaku salah, aku tau itu. Aku hanya bisa memberikan kertas-kertas kecil ini, pengecut memang… ketakutanku…. Aku takut, apa kau bisa merasakan ketakutanku? Maaf jika cintaku salah.”
“Cinta tidak pernah salah…” jawabku dengan suara yang serak, “Meskipun kau orang yang menyebalkan, kasar, blagu, sok merintah, gak bisa menghargai orang lain…” sambungku namun kata-kataku dihentikan dengan jarinya yang melekat di bibirku.
“Aku kikuk jika berhadapan denganmu, aku tidak bisa mengendalikan getaran hatiku. Aku kasar denganmu agar dapat berkesempatan berkomunikasi denganmu tanpa memperlihatkan wajah gugupku. Kau tau, gengsiku besar.”

Baca juga :  Kagum dengan Pagani, Kolektor Kirim Cek USD100 Ribu untuk Traktir Mekanik

Aku tertawa kecil mendengar perkataannya, “Aku tau itu…” kataku singkat.
“Jadi?” tanyanya.
“Aku juga merasakan apa yang kau rasakan..” kataku dengan senyum termanis. Dia tersenyum bahagia menatapku, mendekap erat tubuhku secara spontan, nyaman sekali merasakan kehangatannya. Pelukan dilepaskan, kami saling tatap… dia menarik daguku dan kami pun berciuman dengan hangat malam itu. Aku memejamkan mata namun aku bisa merasakan cahaya terang dari samping yang membuatku membuka mata.
“Lihat Erik! Ada banyak lampion indah!” teriakku sambil menepuk-nepuk bahu Erik. Ya lampion indah, ribuan jumlahnya berterbangan di langit agung, menambah indahnya malam ini, aku memeluk leher Erik dan malam itu malam terindah yang pernah aku alami, berciuman hangat dibalik cahaya lampion yang indah.
-0-0-0-0-
Hari pertandingan, di menit yang ke 88 skor bertahan 0-0 namun sekarang aku bersiap-siap dengan tendangan pinalti, aku berdoa dan menggenggam kalung pemberian Erik sebelum  melayangkan tendangan itu dan…Togel Hari Ini
GOL!!!!

By    Naga303 

Info Berita Lainnya :

http://lihatgamedong.blogspot.com/ - Berita Game
http://kartukerenotomotif.blogspot.com/ - Berita Otomotif
http://kabarsepakbolapromo7m.blogspot.com/ - Berita Sepakbola
http://blogunyu303vip.blogspot.com/ - Berita Unik
http://travelingku-domino88.blogspot.com/ - Berita Traveling
http://liatdonkbro.blogspot.com/ - Berita 18+



 
Pria Wanita © 2015 | All Rights Reserved